Nalar.ID

2025, Ekonomi Digital Indonesia Didorong Sektor Ride Hailing, E-commerce, dan Online Media

Jakarta, Nalar.ID – Tahun 2025, ekonomi digital Indonesia diprediksi tumbuh empat kali lipat, yakni mencapai 100 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1.448 triliun. Google dan Temasek, menyampaikan prediksi ini di Jakarta, akhir November lalu.

Dengan angka sebesar itu di 2025, ekonomi digital Indonesia disebut terbesar di Asia Tenggara. “Pertumbuhan ekonomi digital Indonesia akan didorong sektor ride-hailing, online media, dan e-commerce,” kata Managing Director Google Indonesia, Randy Jusuf, di Jakarta.

Sementara, lanjutnya, dari sisi Indonesia, yang paling besar tiga tahun lagi adalah e-commerce, ride-hailing seperti transportasi online, dan online travel.

Randy menyebut, penetrasi atau perluasan layanan yang ditawarkan ride-hailing seperti pesan antar makanan, cukup membantu pertumbuhan di sektor tersebut di Indonesia.

Berikut catatan Google dan Tamasek, terkait pencapaian sektor tersebut:

  1. Ride-hailing di Indonesia mendongkrak nilai 3,7 miliar dolar AS (sekitar Rp 53 triliun). Diprediksi mencapai 14 miliar dolar AS (sekitar Rp 203 triliun).
  2. E-commerce di Indonesia 2018 mencapai 12,2 miliar dolar AS (sekitar Rp 176 triliun). Sementara, pada 2025, diprediksi melambung hingga 53 miliar dolar AS (sekitar Rp 768 triliun).
  3. Online media. Sektor ini mencakup iklan, streaming video dan musik, iklan, dan gaming. Tahun 2018 mencapai 2,7 miliar dolar AS (sekitar Rp 39 triliun). Prediksi tumbuh mencapai 8 miliar dolar AS (sekitar Rp 115,9 triliun) tahun 2025.
  4. Online travel. Sektor ini, kata Randy, juga cukup menjanjikan. Mengingat, salah satu startup online travel berhasil menjadi unicorn setelah memiliki valuasi di atas 1 miliar dolar AS. Penetrasi travel lumayan berkembang. Di wilayah Asia Tenggara, 41 persen telah memesan melalui online travel.

Penetrasi Palapa Ring

Di saat yang sama, penggunaan internet mobile di Indonesia mendongkrak pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. Kisaran mencapai 150 juta pengguna. Google mencatat, jumlah jam pemakaian internet alias engagement di Indonesia tertinggi ketiga di dunia setelah Thailand dan Brasil.

Meningkatnya infrastruktur telekomunikasi buatan pemerintah, seperti pembangunan proyek Palapa Ring, disebut ikut membantu peningkatan ekonomi digital di Indonesia. Diketahui, nilai ekonomi digital Indonesia 2018 mencapai 27 miliar dolar AS (sekitar Rp 391 triliun).

Meski begitu, ekonomi internet Indonesia saat ini, dari sisi nilai gross merchandise value (GMV), hanya mencapai 2,9 persen dari pendapatan domestik bruto (PDB). Angka itu jauh di bawah China dan AS, di mana GMV AS mencapai 65 persen persen dari PDB tahun 2016.

“Sementara, secara regional, dalam skala besar, ekonomi digital Asia Tenggara diprediksi tumbuh sampai 240 miliar dolar AS (sekitar Rp 3.477 triliun) tahun 2025. Prediksi ini melambung 40 miliar dolar AS dibanding estimasi 2016,” ucap Randy.

Sebelumnya, estimasi tahun 2025 hanya 200 miliar dolar AS (sekitar Rp 2.899 triliun). Menurut Google dan Temasek, pertumbuhan ekonomi digital di Asia Tenggara tahun 2018 mencapai 72 miliar dolar AS (sekitar Rp 1.042 trilun). Angka ini naik 37 persen dari tahun lalu yang menyentuh 50 miliar dolar AS (sekitar Rp724 triliun).

Penulis: Febriansyah | Editor: Ezar Radinka

Komentar

Ikuti Kami

Kami nalar, punya alasan informasi tak ditelan mentah. Mari, sama-sama bernalar.

Nalar.ID | Cerdas Menginspirasi