Jakarta, Nalar.ID – Belakangan, sejumlah media massa kerap memberitakan ancaman bencana gempa dan tsunami dari patahan aktif di sejumlah wilayah di Indonesia. Terutama di Pulau Jawa dan sekitarnya. Informasi ini berdasarkan riset para peneliti gempa bumi. Riset tersebut dipublikasi di berbagai jurnal ilmiah internasional.
Dihubungi Rabu (16/1), Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti, meminta masyarakat tak perlu panik ketika menghadapi tragedi bencana. ”Tapi juga enggak boleh menafikkan, apalagi mengabaikan risiko bencana. Jangan data-data para ahli dianggap menakut-nakuti dan mengancam investasi di daerah,” ujar Retno.
Berdasarkan catatan Peta Sumber Gempa Nasional 2017, ada pemetaan jalur patahan darat di Indonesia. Walau sebagian besar belum skala detail. Dari peta mutakhir ini, 4 juta penduduk dan 2.892 bangunan sekolah berada dalam zona bahaya radius satu kilometer dari jalur sesar.
Zona Rentan
Menurut peta tersebut, ditemukan fasilitas pendidikan di zona kerentanan tinggi. Dengan rincian: sebanyak 2.892 bangunan sekolah, 40 fasilitas kesehatan rumah sakit, 126 puskesmas, dan 4.103.975 jiwa penduduk.
Sementara, infrastruktur transportasi ada 11 pelabuhan, 21 terminal, 2 stasiun, 237 ruas jalan provinsi sepanjang 652,3 kilometer, 31 ruas jalur kereta api sepanjang 83,3 kilometer, dan 15 ruas jalan tol 20,1 kilometer. Berdasarkan data-data valid melalui hasil penelitian dan perhitungan para ahli gempa, KPAI mendorong beberapa hal.
Pertama, pemerintah pusat dan daerah segera menggunakan data-data tersebut untuk mengedukasi dan membangun kesadaran warga akan ancaman bencana. Sebab, kata Retno, kesiap-siagaan menghadapi bencana akan meminimalkan korban jiwa dan kerugian harta benda.
“Berikutnya, segera membuat papan petunjuk evakuasi dan titik kumpul di semua sekolah dan lingkungan RT/RW. Termasuk di zona rentan bencana atau tidak. Sosialisasi ke masyarakat atau pihak sekolah untuk simulasi bencana secara rutin,” jelasnya.
Dalam jangka panjang, lanjut Retno, pemerintah harus bertahap menyiapkan program relokasi sekolah di jalur patahan. Tujuannya, agar masyarakat dipindah ke jalur aman di sisi kiri atau kanan dari jalur patahan.
Pelatihan Guru
KPAI juga mendorong Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama dan dinas-dinas pendidikan segera membuat program pelatihan seluruh guru.
“Pelatihan ini agar punya kemampuan simulasi bencana di sekolah. Bencana bisa datang saat anak-anak ada di sekolah. Selanjutnya, pemda dan dinas-dinas di daerah wajib memastikan setiap sekolah punya jalur evakuasi dan titik kumpul. Agar masyarakat tak bingung harus kemana,” ungkapnya.
Tak hanya itu. Pemda dan dinas-dinas daerah wajib memastikan simulasi berkala oleh sekolah. Mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai sekolah menengah atas atau kejuruan. Kemudian, Kemendikbud, Kemenag, dan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), segera menyusun kurikulum pendidikan kebencanaan. Kurikulum ini memasukkan mata pelajaran terkait.
“Pengetahuan kebencanaan sangat penting diberikan. Ini bisa memaksimalkan mitigasi bencana. Sekaligus menguatkan logika dan rasionalitas siswa bahwa bencana ini adalah keniscayaan. Harus diantisipasi dengan kesiapsiaagaan, bukan mengaitkan dengan azab dan politik,” tutupnya.
Penulis: Febriansyah | Editor: Ceppy F. Bachtiar
Komentar