Nalar.ID, Jakarta – Gempa berkekuatan 7.0 SR di Lombok, Nusa Tenggara Barat (6 Agustus 2018); dan 7.4 SR di Kabupaten Donggala dan Kota Palu, Sulawesi Tengah (28 September 2018), otomatis menimbulkan trauma mendalam bagi masyarakat atau korban. Ketimbang orang dewasa, anak-anak lebih rentan mengalami traumatik pasca terjadinya bencana alam.
Nalar.ID, menghimpun dari keterangan sejumlah sumber terkait bagaimana cara mengatasi trauma healing atau pemulihan trauma kepada anak-anak:
- Pendekatan mendongeng. Cerita apapun bisa disampaikan untuk anak-anak. Jika mereka mau bicara soal ketakutan yang mereka alami, berarti anak itu percaya si pendongeng menyampaikan tulus.
- Turun langsung terapi trauma. Lalu mengajarkan agar bisa melanjutkan terapi yang sudah disampaikan dari relawan. Jika anak-anak sudah bisa berpikir logis, tandanya sudah tak depresi.
- Yakinkan bahwa Anda cinta mereka. Yakinkan ke anak-anak bahwa Anda akan selalu ada untuk mereka dan baik-baik saja agar anak-anak merasa tenang.
- Komunikasi terbuka. Ini sangat penting.Jangan memarahi anak ketika mereka menangis. Situasi ini mungkin akan tertutup dan membuat proses pemulihan lebih sulit.
- Ekspresikan perasaannya. Biarkan anak-anak mengekspresikan perasaan mereka dengan cara apapun. Misalnya, bicara tentang ketakutan dan perasaan mereka. Atau ekspresikan diri dengan cara lain, seperti menggambar, melukis, atau bermain. Ini bisa mengalihkan rasa cemasnya.
- Peka gejala stres. Sejumlah anak, bisa mengalami reaksi lebih. misalnya, sulit tidur, perubahan nafsu makan, menangis terus, takut tidur sendiri, mimpi buruk, hingga menarik diri dari orang lain. Perlu Anda pantau gejala itu untuk mengetahui seberapa buruk atau membaik mereka setelah mengalami bencana.
- Jawaban sesuai usia. Mungkin, anak-anak bertanya atau menceritakan kisah serupa berulang kali. Anda harus jawab jujur tetapi sesuaikan dengan usia mereka agar anak tak merasa ketakutan dengan kondisi sebenarnya.
- Ajak bicara. Berdiam diri menunjukkan bahwa apa yang sudah terjadi bisa terlalu mengerikan untuk dibicarakan. Anak-anak lihat dan dengar lebih dari yang disadari orang dewasa sehingga anak-anak memahami lebih dari yang Anda harapkan. Mengajaknya bicara akan membuat anak merasa lebih baik.
- Beri contoh baik. Ingat, anak-anak memerhatikan Anda untuk melihat bagaimana Anda bereaksi dan menanggapi situasi itu. Ini kesempatan menjadi teladan bagaimana cara mengatasi dan merencanakan masa depan.
Penulis: Febriansyah Editor: Ezar Radinka
Komentar