Nalar.ID, Jakarta – Eks artis sekaligus politisi Partai Amanat Nasional (PAN), dan entrepreuner yang kini telah berhijrah, Ade Fitrie Kirana, tak lelah berhenti berkreatifitas.
Dua tahun terakhir, ia tengah merintis dan mengembangkan bisnis kecantikan di bidang skin care clinic dan estetika. Namanya AFK Beauty Skincare.
Bukan tanpa sebab, bisnis ini terkait dengan karakter keseharian dan kebiasaan perempuan, yakni merias atau makeup. Menurut kelahiran Bandung, 5 Januari 1981 ini, alat-alat kosmetik tidak dapat dipisahkan dalam keseharian wanita.
“Karena kosmetik sudah menjadi bagian pokok seorang wanita. Wanita mana yang tak mau tampil cantik dan glowing setiap waktu. Setiap beraktifitas, alat kosmetik pasti barang yang selalu di bawa berpergian ke mana saja,” kata super women aktif sekaligus Ketua Umum Yayasan Perlindungan Perempuan dan Anak (YPPA) ini, dihubungi Nalar.ID, via telepon, Jumat (26/6/2020).
Bagaimana proses perjuangan Ade Fitrie Kirana merintis bisnis kecantikan? Berikut penuturannya.
Alasan mengembangkan bisnis skin care?
Kosmetik sudah menjadi bagian pokok wanita. Wanita mana yang tak mau tampil cantik dan glowing setiap waktu. Alat-alat kosmetik sudah tidak bisa dipisahkan dalam keseharian wanita. Setiap beraktifitas, alat kosmetik adalah barang yang selalu di bawa berpergian ke mana saja.
Bagaimana peluang bisnisnya?
Sudah bawaan setiap wanita untuk selalu menjaga kecantikan. Untuk memenuhi kebutuhan peralatan kosmetik mereka, menurutku berbisnis kosmetik adalah usaha yang cukup bagus dan menguntungkan. Bisa dibayangkan, kebutuhan kosmetik bagi wanita, seperti kebutuhan pokok lainnya, yaitu sandang, pangan atau papan. Bahkan, saat ini kaum pria sadar, menjaga kebersihan dan kesehatan wajah memang sudah tinggi. Maka itu, dalam menjalankan bisnis kosmetik memang tidak mengenal waktu atau musim.
Perkembangan bisnis Anda terkini?
Konsumennya beragam dan menguntungkan setiap tahunnya. Walaupun terkendala harga karena dipengaruhi pasar, namun konsumennya tidak pernah berkurang. Konsumen terus bertambah. Tidak peduli harga barang naik atau semacamnya.
Selain itu?
Aku memulai bisnis ini sejak dua tahun lebih. Mulai running kurang lebih satu tahun dengan belasan karyawan. Qadarallah, tidak lama buka, terdampak pandemi Covid19. Tapi, tetap banyak hikmah yang aku rasakan. Tapi, saat pandemi begini, tidak mungkin membuka cabang baru, ya. Belum dulu.
Kesulitan dan tantangan?
Persaingan harga sangat ketat. Tetapi, kalau orang paham dan mengerti, harga tersebut pasti disesuaikan dengan kualitas. Lalu sudah dibandingkan dengan brand skincare internasional yang serupa. Kalau dibandingkan dengan skincare luar negeri, posisi kami berada di tengah-tengah, lho. Jadi, jangan anggap produk dalam negeri sebelah mata.
Dukanya?
Kalau masyarakat belum banyak yang tahu. Banyak orang yang membandingkan dengan brand skincare yang langsung putih dan bersih seketika tanpa peduli ingredients atau kandungannya. Padahal, dari segi material, pasti berbeda. Tapi, kami tidak apa-apa. Nanti konsumen yang bisa merasakan sendiri. Aku cukup menyayangkan masih banyak orang yang menganggap skincare Indonesia kurang berkualitas.
Maksudnya?
Padahal sebenarnya, kosmetik lokal Indonesia bisa berada pada posisi yang masuk ke kategori high-end. Kadang, begitu tahu kosmetik Indonesia, orang-orang seperti memandang sebelah mata. Padahal, pasar di Indonesia berlapis-lapis dan beragam, khususnya di makeup. Kami local brand yang bertujuan untuk go global, sehingga kualitas dan tampilannya memang sangat diperhatikan.
Komentar