Nalar.ID, Jakarta – Guna mematangkan kesiapan mitigasi kebencanaan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) The Mandalika, PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), BUMN pengembang destinasi pariwisata di Indonesia, terus merealisasikan pembangunan Temporary Evacuation Shelter (TES) yang di sejumlah titik di The Mandalika.
Pembangunan TES ini termasuk masterplan pengembangan The Mandalika, untuk menyiapkan kawasan pariwisata yang aman bagi wisatawan dan pelaku wisata.
Saat ini pembangunan TES telah mencakup tiga titik. Di antaranya, Bukit Masjid Nurul Bilad, Bukit 360 Pertamina Mandalika Circuit dan Bukit Merese.
Dua TES diantaranya, yakni di Bukit Masjid Nurul Bilad dan Bukit 360 Pertamina Mandalika Circuit, telah selesai dibangun. Sementara, TES di Bukit Merese, saat ini tahap konstruksi akses jalan. Dalam masterplan pengembangan The Mandalika, ITDC merencanakan penyebaran TES di 11 titik.
Pembangunan TES di Pertamina Mandalika Circuit dan Bukit Merese merupakan bagian dari Mandalika Urban Tourism and Infrastructure Project (MUTIP), yang dibiayai oleh Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB).
Sebagai informasi, MUTIP merupakan pembiayaan pertama secara standalone/mandiri yang dilakukan AIIB di Indonesia dan secara global merupakan pembiayaan pertama bagi kegiatan pembangunan infrastruktur pariwisata.
“Berkaca dari bencana gempa bumi pada 2018 silam di Pulau Lombok, kami berkomitmen untuk semakin mematangkan prosedur dan fasilitas untuk menunjang mitigasi kebencanaan di The Mandalika, salah satunya melalui pembangunan TES berikut jalan akses dan fasilitasnya seperti tempat berteduh dan toilet. Penyiapan TES ini juga merupakan salah satu syarat yang wajib dimiliki sebuah kawasan pariwisata berstandar internasional,” ujar Direktur Teknik dan SDM ITDC Taufik Hidayat, dalam keterangan pers diterima Nalar.ID.
Taufik Hidayat mengatakan bahwa pPembangunan TES ini merupakan implementasi ITDC untuk mengantisipasi dampak bencana, seperti tsunami dan gempa bumi di kawasan, hingga kemungkinan kecelakaan kerja seperti kebakaran.
“Pembangunan TES ini juga untuk semakin meyakinkan wisatawan dan pelaku wisata lain bahwa The Mandalika merupakan kawasan aman,” terang Taufik.
Ke depan, ITDC akan melanjutkan pembangunan TES pada sejumlah titik evakuasi yang tersebar di zona barat hingga timur kawasan. Antara lain Bukit Benjon dan Bukit Seger untuk zona barat, Bukit Merese untuk zona tengah, hingga Gerupuk untuk zona timur.
Setiap TES yang dibangun dapat menampung rata-rata hingga 500 orang dewasa. Dilengkapi jalan akses. Serta fasilitas umum yang memadai untuk dapat digunakan oleh wisatawan dan pelaku wisata lain di The Mandalika.
Penetapan lokasi, perencanaan, hingga pembangunan TES ini telah dipersiapkan oleh ITDC dengan matang mengikuti persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Pertama, pembangunan TES wajib mengikuti pedoman dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Kedua, berada pada ketinggian lebih dari 16,3 meter dari permukaan laut.
Ketiga, lokasi TES harus strategis dan mudah dijangkau oleh wisatawan maupun pelaku wisata lainnya. Sehingga, TES dibangun pada bukit-bukit yang ada di Kawasan The Mandalika dengan ketinggian khusus serta memiliki permukaan yang tidak curam.
Selain berfungsi sebagai tempat tujuan evakuasi bencana, TES ini nantinya dapat difungsikan sebagai spot wisata baru bagi para wisatawan yang berkunjung ke The Mandalika.
“TES ini kami desain agar ke depan para wisatawan dapat mengakses wilayah ini sambil menikmati keindahan alam di The Mandalika. Contoh, TES di Bukit 360 Pertamina Mandalika Circuit, di mana para wisatawan dapat menikmati keindahan Sirkuit dari atas bukit. Selain itu, TES di Masjid Nurul Bilad yang dapat menampilkan keindahan Pantai Kuta dari atas. Ada pula pembangunan TES yang masih dalam tahap konstruksi di Bukit Merese, di mana para wisatawan dapat menikmati keindahan pantai dari atas bukit,” tambah Taufik.
Selain penyediaan titik evakuasi yang memadai, The Mandalika juga dilengkapi sejumlah fasilitas mitigasi kebencanaan. Mulai dari alat komunikasi penyebarluasan informasi gempa bumi dan peringatan dini Tsunami Warning Receiver System New Generation (WRS NewGen) dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Lalu, fasilitas Sirine peringatan Tsunami di Bukit Nurul Bilad dan Bukit Bantar oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lombok Tengah dan BMKG, kelengkapan layanan Search and Rescue (SAR) yang merupakan sinergi bersama Badan Nasional Pencarian Pertolongan (Badan SAR Nasional/BASARNAS). Serta patroli tim keamanan pada area operasional kawasan.
“Kami harap melalui mitigasi kebencanaan ini dapat semakin melengkapi kawasan ini sebagai standar kawasan pariwisata internasional yang terintegrasi. Sekaligus memberi jaminan keamanan wisatawan dan pelaku wisata lain dari faktor kebencanaan,” tutup Taufik.
Penulis: Febriansyah | Editor: Ceppy F. Bachtiar
Komentar