Nalar.ID, Jakarta – Ditengah kesibukan menjalani syuting sinetron Buku Harian Seorang Istri di SCTV, Antonio Blanco Jr. didapuk sebagai Duta Museum.
Sebelumnya, ia ditunjuk oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno dan Asosiasi Museum Indonesia (AMI), menjadi Duta Museum pada pertengahan Desember tahun lalu secara daring.
Antonio mengaku tak menyangka ditunjuk menjadi Duta Museum untuk periode 2021-2022. Selain tengah aktif sebagai aktor di dunia sinetron, ia juga masih muda.
“Karena aku masih muda dan sebagai aktor, ya. Sedang ada masa (kesibukan),” ujar Antonio, kepada Nalar.ID.
Seperti apa pengalaman Antonio usai didaulat menjadi Duta Museum? Berikut penuturan kepada Nalar.ID, belum lama ini.
Target kamu usai terpilih sebagai Duta Museum?
Menargetkan anak-anak muda. Mengubah cara pandang mereka terhadap museum seperti apa. Aku ingin mengubah stigma mereka terhadap museum, kalau ini tempat yang membosankan.
Justru ingin ubah itu semua bahwa museum adalah tempat menarik. Bahkan sebagai tempat yang wajib dikunjungi di saat mereka sedang liburan. Bisa juga untuk belajar dan mendapat informasi serta pengetahuan baru. Bisa nongkrong dan happy-happy.
Inovasi dan program kegiatan?
Aku sekarang pegang tiga media sosial (medsos): Instagram, Tiktok, dan YouTube. Aku mau memperkenalkan museum lewat medsos yang aku punya. Aku bikin beberapa konten di medsos itu, memperkenalkan museum itu apa. Aku start dari Blanco Museum.
Aku ingin menjadikan Blanco Museum (di Bali) contoh untuk museum-museum lain agar mereka bisa meniru dan mengembangkan lagi museum mereka agar menjadi museum yang menarik untuk dikunjungi.
Hal apa saja yang bisa dilakukan?
Aku punya teman-teman dari influencer dan pemain di sinetron BHSI. Aku selalu ajak mereka datang dan berkunjung ke museum. Aku nggak pernah ajak mereka, misalnya ‘tolong, dong promosiin’.
Aku nggak pernah memaksa mereka, karena mereka merasa tertarik dan nyaman di Blanco Museum. Mereka datang nggak cuma melihat, tapi ada nongkrong, sejarahnya, joke-joke dari Museum Blanco juga. Mereka sendiri yang mempromosikan dan beritahu ke fans kalau museum adalah tempat yang menarik.
Selanjutnya?
Ke depan, kalau ada waktu lama (berlibur) di Bali, aku mau ketemu Ketua Asosiasi Museum Indonesia, Bapak Putu Rudana. Serta perhimpunan museum Bali. Mungkin aku di sana akan bahas dengan mereka, apa pandanganku terhadap museum untuk mewakili generasi muda.
Dari situ, bisa bekerja sama membahas sesuatu untuk cari cara bagaimana cara anak-anak muda nggak main di mal aja, atau ke tempat kopi. Mengapa pas liburan nggak main ke museum.
Kamu juga sedang membuat project museum digital. Apa gagasan dan inovasinya?
Terakhir, sebelum aku balik ke Jakarta, aku sempat bertemu orang-orang digital, seperti orang cyrpto dan NFT (Non Fungible Token). Semua hal yang berbentuk digital, lukisan, karya seni, bisa didigitalkan.
Jadi, yang aku lakukan ada tiga hal, yaitu kerjasama dengan Yumeta (NFT Marketplace), membuat suatu platform. Di mana anak-anak muda bisa menjual dan memperlihatkan karya digital mereka di platform tersebut. Dari platform itu, orang-orang bisa membeli karya mereka dan bisa dijual. Misalnya, nanti dari karya Blanco Museum, beberapa akan di NFT atau didigitalkan.
Selain itu?
Nanti, rencananya juga buat NFT Gallery di Blanco Museum. Ada satu tempat yang bisa didatangi sekitar 300 orang. Di mana, di sana akan dibuka exhibition. Biasanya, painting-painting anak muda yang butuh dikembangkan atau dipamerkan. Kami sediakan tempat itu. Tapi, ini bukan lukisan yang di kanvas, tapi didigitalkan atau di NFT Gallery, kerjasama dengan Yumeta.
Lalu?
Blanco Museum juga bekerjasama dengan Yumeta. Papa (Mario Blanco) yang akan memimpin dan mengadakan culture activity, di mana Papa yang akan ajak anak-anak dan orang-orang. Tapi, bukan melukis di kanvas, tapi di iPad. Semua serba digital. Nanti, hasil mereka akan dimuseumkan di Blanco Museum dan tempat NFT ini diperjualbelikan.
Kenapa memilih konsep digital atau NFT?
Kita harus tunjukkan kepada masyarakat bahwa museum nggak ketinggalan zaman. Karya seni bisa dimodernkan dalam bentuk digital. Jadi, aku ingin membuktikan bahwa karya seni dan museum tidak akan tertinggal di makan zaman. Kita bisa berkembang dan mengikuti zaman. Ini menarik seluruh orang di dunia yang tertarik untuk NFT.
Apa saja karya yang akan di NFT kan?
Salah satu contoh adalah foto dan lukisan karya grand daddy (Antonio Blanco, kakek Antonio Blanco Jr.) dan Papa. Ada salah satu foto itu, grand daddy memberikan tiga buah lukisan kepada Michael Jackson. Lukisan itu ada tanda tangannya. Sampai sekarang masih kita simpan. Lukisan itu juga ada tanda tangan grand daddy dan Michael Jackson. Kita akan meng NFT kan lukisan dan foto itu.
Project ke depan?
Cari tim yang bisa mengubah Blanco Museum menjadi digital. Orang langsung membuka aplikasi dan orang bisa. Istilahnya, main game. Orang bisa buat avatar sendiri, karakter seperti apa. Kami akan buat Blanco Museum dalam versi digital.
Arti museum buat kamu?
Aku agak kurang setuju dengan orang-orang yang bilang: mereka punya uang dan segalanya, bikin karya seni dan sewa tempat, ramai dikunjungi, dan mereka mengatakan tempat itu museum. Kurang setuju konsep itu, karena sebenarnya museum adalah tempat menyimpan sejarah.
Kalau mau menamakan museum, mereka harus memiliki sejarah 50 tahun. Mereka harus melakukan sesuatu dulu, mengapa bisa sampai sejarah banget dan dimuseumkan.
Harusnya seperti apa?
Mungkin hal-hal seperti itu kita bisa ubah namanya sebagai galeri, bukan museum. Agar orang tidak salah mengerti arti museum dan galeri.
Sudah ada investor?
Sampai saat ini kira-kira ada tiga investor dari luar yang mengajak Blanco Museum dalam membuat NFT. Kita sekarang masih discuss. Ke depan kita akan membuat ini dalam bentuk apa.

Bagi waktu dengan jadwal syuting?
Agak susah. Blanco Museum ada di Bali, aku striping seharian dari pagi sampai malam. Kalau aku ada jeda (syuting), aku pulang agak sore (ke Bali). Di sela waktu aku selalu kontrol dan cerita, dan tanya dengan kakak apa yang terjadi di museum. Apa yang bisa kita lakukan dan kembangkan untuk museum.
Kalau jeda syuting?
Kalau ada jeda, bahas museum ini bersama kakak dan kegiatan yang bisa aku lakukan. Misalnya, tahun kemarin dapat libur 4 hari pas tahun baru dan full balik ke Bali. Justru nggak ada liburan sama sekali di Bali. Di sana aku ketemu beberapa kolektor lukisan. Bahas lukisan dan museum. Ketemu orang-orang NFT dan handle tamu-tamu yang datang ke museum.
Efeknya?
Selama aku libur (syuting) 4 hari dan ke Bali, aku handle museum. Banyak anak-anak muda di Bali, Jakarta dan Surabaya, sekalian untuk bertemu aku. Bukan sombong karena aku terkenal, tapi aku merasa ini kesempatan baik sekali. Apalagi aku main sinetron, punya media sosial, aku manfaatkan.
Setiap hari aku promosi tentang museum, everything. Termasuk tamu dari lokal dan luar, aku promosikan. Itu berpengaruh. Mereka datang ke museum bukan cuma lihat museum, tapi bonus sekalian ketemu aku sebagai pesinetron, hehe.
Ada rencana studi banding?
Studi banding ke beberapa museum di Indonesia. Misalnya, ke museum penerangan di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), mereka akan beri baju mereka sebagai bentuk support. Ini bentuk tanggung jawabku sebagai duta museum.
Harapan kamu?
Bisa berkontribusi lebih positif terhadap dunia museum di Indonesia dan negara. Senang diberi kesempatan ini. Aku ingin pesan ke anak-anak muda, ayo, lah nongkrong ke museum. Nggak harus ke pantai, mal, cafe, tapi museum bisa dijadikan tempat jalan-jalan dan melupakan semua masalah kalian.
Selain museum sebagai ruang informasi, kalian bisa seru-seruan di museum itu. Bisa makan dan minum. Istilahnya, nongkrong kayak anak muda pada umumnya.
Penulis: Radinka Ezar | Editor: Ceppy F. Bachtiar
Komentar