Nalar.ID, Semarang – Vaksin Covid-19 BUMN dengan platform inactivated virus yang dikembangkan oleh PT Bio Farma (Persero) memasuki uji klinis fase akhir.
Dalam siaran pers diterima Nalar.ID, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, usai berhasil melalui uji klinis fase 2 dengan hasil yang lebih baik dari vaksin Covid-19 dengan platform sejenis, Bio Farma kini tengah bersiap melakukan uji klinis vaksin Covid-19 tahap tiga.
“Sudah mulai masuk uji klinis fase tiga. Lalu, kita dorong booster, juga untuk teknologi lain, apakah itu mRNA atau viral vector. Pada tahap uji klinis fase tiga, kita sudah punya kapasitas produksi hingga 250 juta dosis per tahun. Jika lolos uji klinis, Bio Farma siap memproduksi massal vaksin BUMN dan didistribusikan secara merata ke seluruh Indonesia,” kata Erick.
Ke depan, lanjut Erick, kapasitas Bio Farma berpotensi memproduksi hingga 500 juta dosis. Setelah memenuhi kebutuhan vaksin dalam negeri, bukan tidak mungkin Indonesia ekspor vaksin untuk negara lain yang membutuhkan.
Di beberapa negara di dunia, kata Erick, ketersediaan vaksin masih jadi kendala. Rasio vaksin di lebih dari 30 negara hingga saat ini masih kurang dari 10 persen. Bagi Erick, produksi vaksin BUMN tak hanya memperkuat ketahanan kesehatan nasional, melainkan juga membangun kekuatan diplomasi luar negeri dan peningkatan ekspor.
“Kita harap uji klinis fase 3 berjalan lancar dan segera memperoleh EUA dari BPOM. Selain itu, kita masih perlu melanjutkan prosesnya untuk memperoleh EUL dari WHO,” ucapnya.
Melalui kolaborasi antarkementerian, lembaga, serta dukungan dari akademisi, Erick optimistis Indonesia bisa memproduksi massal vaksin Covid-19.
“Kita tak ingin Indonesia menjadi fakir dalam sains dan teknologi kesehatan modern. Perang melawan pandemi, memberi kita banyak pelajaran berharga. Utamanya, jangan sampai nasib ketahanan kesehatan kita bergantung pada bangsa lain,” lanjutnya.
Sebagai bangsa yang besar, Erick menyebut Indonesia harus memiliki kedaulatan dalam sektor kesehatan. Bagi Erick, pertumbuhan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan rakyat tidak akan tercapai jika tak disertai dengan ketahanan kesehatan.
Pemerintah hadir dalam menyiapkan basis agar manfaat pengembangan bioteknologi dapat dirasakan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kata Erick, krisis pengadaan vaksin di awal pandemi mengharuskan Indonesia merefleksi kembali kekuatan di sektor kesehatan dan bioteknologi. Hal ini merupakan isu multi dimensi yang juga berpengaruh pada ketahanan nasional.
Untuk itu, ucap Erick, BUMN sangat serius membangun basis bioteknologi yang mutakhir demi menunjang sistem kesehatan nasional dan mencegah kembali terjadinya pandemi.
“Bio Farma bekerja sama dengan Baylor College of Medicine untuk pengembangan seed dan proses skala kecil. Sisanya, Bio Farma melakukan hampir seluruh proses pengembangan dari hulu ke hilir, mulai dari formulasi hingga uji klinis,” sambung Erick.
Erick berharap kolaborasi yang selama ini terjalin dapat terus berjalan guna menekan tingkat ketergantungan akan impor bahan baku obat (BBO). Erick mendorong BUMN farmasi terus berinovasi dengan menyediakan herbal sebagai alternatif dan pelayanan medis yang berkualitas.
“Kita tidak mungkin membiarkan bangsa kita terus menerus berobat di luar negeri. Bio Farma harus meningkatkan fasilitas. Selain itu, untuk kebutuhan vaksin tapi juga meningkatkan fasilitas lain, mumpung sekarang pandemi sedang menurun, jangan sampai kita kocar-kacir seperti saat awal menghadapi pandemi lalu,” tutupnya.
Editor: Febriansyah
Komentar