Nalar.ID

BUMN Telkom Disemprot Anggota DPR Ali Zamroni Gegara Kuota Internet Siswa

Nalar.ID, Jakarta – Ali Zamroni, anggota DPR RI Komisi X dari Fraksi Partai Gerindra mengusulkan agar Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang usaha Telekomunikasi untuk memberikan kuota gratis kepada seluruh siswa selama pemerintah di daerah memperpanjang masa pembelajaran dari rumah.

Hal ini menjadi perhatian Ali, sebab masih ditemukannya para siswa yang sulit untuk melakukan pembelajaran di rumah karena keterbatasan biaya orangtuanya untuk meyediakan kuota pulsa internet untuk anak-anaknya.

“Tak hanya soal jaringan, kemampuan orangtua siswa dalam membeli kuota internet untuk anak-anaknya terbatas. Sudah saatnya pemerintah menggratiskan kuota internet untuk siswa SD, SMP, SMA dan perkuliahan,” kata Ali, kepada Nalar.ID, Jumat (5/6/2020).

Perpanjangan Belajar

Sebab, menurut Ali, tidak sedikit orang tua siswa terkena dampak ekonomi akibat pandemi Covid 19.

“Sementara semua tidak tahu kapan situasi ini berakhir. Perpanjangan belajar dari rumah oleh beberapa daerah, seperti di Jawa Barat sampai Januari 2021 berdampak pada kemampuan orang tua siswa,” jelasnya.

Ia menambahkan, kuota internet menjadi kebutuhan utama para siswa selama belajar dari rumah. Pemerintah, melalui BUMN bidang telekomunikasi seharusnya hadir.

“Tak hanya mengalokasikan keuntungan untuk program sembako, tapi kuota internet juga,” terangnya.

Selain itu, Ali menilai ada simpang siur dunia pendidikan, di mana akan membuat situasi belajar menjadi terganggu.

“Ini membuat para siswa dan seluruh pihak menjadi bingung. Bahkan Kemendikbud tidak memberikan arahan apapun terkait polemik pendidikan. Mulai dari kuota internet sampai tahun ajaran baru secara normal,” katanya.

Simpang Siur

Selain persoalan kuota internet, sambung Ali, simpang siur yang timbul karena kebijakan di masing-masing daerah berbeda. Khususnya untuk memulai tahun ajaran baru, memperpanjang daftar kebingungan masyarakat, orang tua siswa dan guru.

“Tidak tertutup kemungkinan akan banyak daerah bingung tentang sektor pendidikan dan mengambil kebijakan yang berbeda-beda sehingga makin membingungkan siswa, orang tua siswa, guru dan pemda,” lanjutnya.

Ali mengakui, di lapangan pun masih ditemukan orang tua yang sulit memberikan kuota. Contohnya, Alfiatus Sholehah, siswa SDN Pademawu Barat, Pamekasan, Jawa Timur. Ironisnya, orang tua Alfiatus Sholehah terpaksa mencari pinjaman untuk membeli kuota internet.

“Seharusnya ini menggugah BUMN telekomunikasi. Karena orang tua tidak mampu membeli kuota, akhirnya harus berutang. Ini miris sekali,”  tutupnya.

Penulis: Ceppy F. Bachtiar | Editor: Ceppy F. Bachtiar

Komentar

Ikuti Kami

Kami nalar, punya alasan informasi tak ditelan mentah. Mari, sama-sama bernalar.

Nalar.ID | Cerdas Menginspirasi