Jakarta, Nalar.ID – Pemilik nama asli Kristiani Herawati, atau akrab disapa Ani Yudhoyono, istri Presiden ke-6 Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY), harus berjuang melawan kanker darah. Ani, dirawat intensif sejak 2 Februari di National University Hospital, Singapura.
Menurut keterangan Gerard Robbins, Konsultan Hematologi Rumah Sakit BMI Mount Alvernia di Guildford, Inggris, penegakkan diagnosis kanker darah tak bisa sembarangan.
“Karena gejalanya sulit dikenali. Bahkan sama sekali tak muncul. Penting tahu riwayat medis lengkap dan pemeriksaan fisik,” ucap Gerard, seperti dikutip situs cancercenter, Sabtu (16/2).
Adapun, pemeriksaan fisik untuk mengetahui seseorang kena kanker darah, diantaranya, tes darah, biopsi dan pemindaian sumsum tulang belakang. Sementara, biopsi kelenjar getah bening atau organ tertentu, kadang butuh, terutama di dugaan limfoma.
Info baiknya, ada kemajuan sangat pesat dalam teknologi pengobatan kanker darah dalam 50 tahun terakhir. Gerard menuturkan, banyak kanker sangat bisa disembuhkan. Khususnya dengan sejumlah obat-obatan, termasuk kemoterapi. “Radioterapi sangat membantu dalam situasi tertentu,” jelas Gerard.
Menurutnya, pengobatan kanker darah berbeda-beda. Tergantung tipe kanker yang dialami, seberapa cepat pertumbuhan sel kanker di tubuh, usia, penyebaran kanker, hingga sebab lain. Umumnya, ada tiga jenis terapi pengobatan kanker darah.
Apa saja?
Radiasi
Terapi ini bertujuan menghancurkan sel-sel kanker. Atau menyembuhkan rasa sakit dan tak nyaman. Radiasi bisa dilakukan sebelum transplantasi sel induk.
Kemoterapi
Pengobatan ini menggunakan obat antikanker. Fungsinya, mengganggu dan menghentikan pertumbuhan sel kanker di tubuh. Kemoterapi ini kadang melibatkan pemberian sejumlah obat bersama-sama dalam dosis yang telah ditetapkan. Kemoterapi bisa dilakukan sebelum transplantasi sel induk.
Transplantasi Sel Induk
Penanaman sel-sel induk pembentuk darah yang sehat ke tubuh. Sel induk bisa dikumpulkan dari sumsum tulang belakang, sirkulasi darah, dan darah tali pusat.
Penulis: Febriansyah | Editor: Ceppy F. Bachtiar
Komentar