Nalar.ID

Dukung Sistem Pangan Indonesia, Ini Misi Duta Petani Muda 2018

Jakarta, Nalar.ID – Program Duta Petani Muda 2018, telah mendorong terjadinya Ko-Kreasi (co-creation) sistem pangan oleh pemuda pelaku pertanian. Para petani muda telah bekerja dan menyumbang sebagai bagian dalam produksi, distribusi dan konsumsi pangan di Indonesia.

Lebih lanjut, perhatian dan pengakuan publik, serta pemerintah, makin membesar terhadap peranan anak muda sebagai produsen pangan. Demikian penjelasan diskusi dan penghargaan (awarding) bertema ‘Young Farmers, Guardians of The Future’, di Jakarta Pusat, Sabtu (1/12).

Dalam penyelenggaraan program ini, ada 10 finalis peserta, yakni pemuda pelaku usaha pertanian. Mulai dari produsen bahan mentah, pelaku industri pemrosesan, hingga mereka yang menjadi perantara konsumen. Banyak diantara mereka menggunakan teknologi. Baik teknologi pertanian sampai informasi untuk mengembangkan usahanya.

Teknologi untuk Pertanian

Teknologi memungkinkan keterhubungan antara petani dan pelaku lain dalam sistem pangan. Penganugerahan inin dirancang menjadi upaya ko-kreasi di era disrupsi teknologi agar sistem pangan menjadi lebih adil, berkelanjutan dan setara.

“Upaya-upaya pemuda ini sedikit banyak menciptakan perubahan sistem pangan. Dulu yang kotak hitam, yaitu hubungan antar elemen dalam sistem pangan tertutup dan enggak saling tahu proses. Implikasi kotak hitam ini rantai panjang. Harga rendah di tingkat petani, dan (harga) tinggi di (tingkat) konsumen,” kata Torry Kuswardono, dari Perkumpulan Pikul.

Dengan demikian, kata M.Maulana, dari Workout.id, petani muda memiliki peran penting. “Terutama pemanfaatan teknologi, sehingga informasi dan peluang usaha bisa diakses lebih mudah untuk stimulasi produksi dan distribusi lebih baik,” ucapnya.

Tak hanya itu, keterhubungan antar pelaku di sektor pertanian bisa dilakukan orang muda. “Dulu, petani enggak pernah tahu apa yang diinginkan konsumen. Konsumen pun enggak pernah tahu yang disediakan petani atau kesulitan yang dihadapi petani,” ungkap Maulana Paramitha, fasilitator jaringan AgriProFocus Indonesia.

Teknologi informasi, memungkinkan proses pertukaran informasi cepat dan transparan antara semua pelaku dalam sistem pangan. “Ini mendorong harga lebih adil. Konsumen dapat andil mengubah praktik pertanian lebih ramah lingkungan dan berperspektif gender,” kata Any Sulistyowati, dari KAIL.

“Sekarang berubah. Setelah petani muda memakai teknologi informasi dan karakter umum dari milenial, ini potensi. Karakter umum milenial adalah inovatif dan kolaboratif. Ada kerjasama antar elemen sistem, produsen, pengusaha pemrosesan, perantara, dan konsumen menjawab tantangan penyediaan pangan secara kolektif,” kata Said Abdullah, Koordinator Kedaulatan Rakyat untuk Keadilan Pangan.

Diketahui, Duta Petani Muda, telah dilakukan dua kali pada 2014 dan 2016. Program ini telah mampu memberdayakan petani muda dari berbagai daerah di Indonesia. Para duta telah mengembangkan usahanya lebih lanjut dan memperluas pengaruh mereka di komunitas desa dan kota.

Program ini membuat petani berperan penting sebagai produsen pangan dan berkesempatan tampil di ruang publik menyebarkan gagasan penting regenerasi petani di Indonesia. Para duta ini telah memamerkan agribisnis prospektif, diakui publik, dan sesuai pembuat kebijakan tentang perlunya regenerasi tani dan produsen pangan.

Penulis: Febriansyah | Editor: Ezar Radinka

Komentar

Ikuti Kami

Kami nalar, punya alasan informasi tak ditelan mentah. Mari, sama-sama bernalar.

Nalar.ID | Cerdas Menginspirasi