Nalar.ID

Industri Pariwisata Siap Bangkit Pasca Pandemi, Ini Prediksi Harry Tjahaja Purnama

Nalar.ID, Jakarta – Sejak awal kemunculan pandemi Covid-19 hingga kini, industri pariwisata menjadi salah satu sektor yang terdampak paling besar.

Sebagian besar perusahaan yang bergerak di bidang ini, baik transportasi atau akomodasi berlomba menyediakan potongan harga. Bahkan, tak sedikit yang menutup sementara usahanya agar tetap dapat bertahan.

Pengamat dan praktisi pariwisata Harry Tjahaja Purnama menilai, pemulihan industri pariwisata dan akomodasi tergantung bagaimana sebuah negara dapat meyakinkan kedatangan wisatawannya.

“Tentu dengan menunjukan data dan fakta daerahnya bebas dari Covid-19 dan mereka siap menjaga keamanan pengunjung dengan menyediakan sarana. Seperti anti virus scanning, mulai dari airport sampai ke hotel, transport dan objek-objek pariwisata yang menjadi andalan mereka,” kata Harry Tjahaja Purnama.

Semua itu, kata Harry, tergantung dari seberapa cepat Indonesia dapat meyakinkan dunia luar bahwa negara ini aman dan siap menerima tamu dari luar serta mereka aman dari Covid-19.

Berikut keterangan lengkap kepada Ceppy F. Bachtiar dari Nalar.ID, Senin (15/6/2020).

Bagaimana membangkitkan industri pariwisata Indonesia dari dampak Covid-19?

Industri pariwisata bisa bangkit dengan bergantung dari beberapa hal. Antara lain:

Pertama, kebijakan dari pemerintah mengenai peraturan dan aturan bagi pelaku pariwisata, penerbangan domestik dan international, maupun aturan lainnya.

Kedua, pelaku pariwisata harus bisa berteman dengan Covid-19. Ya, artinya menjalankan aktivitas pariwisata dengan menjaga kebersihan, menyiapkan pembersih tangan di semua tempat atau sanitasi, pakai masker dan topi pelindung virus, menjaga jarak pengunjung, menyediakan sarana yang dapat mengurangi paparan virus.

Ketiga, harus bisa mempromosikan diri bahwa kita siap menerima tamu dari luar negeri. Menjaga keamanan mereka terhindar dari Covid-19. Namun, mereka dapat menikmati liburan dengan rasa aman.

Cara daerah membangkitkan sektor industri dan pariwisata, sebagai solusi menekan penurunan dampak ekonomi akibat pandemi?

Daerah, ya, tentunya akan sama. Mereka sangat tergantung dengan peraturan pemerintah daerah, penerbangan atau akses transportasi ke daerah itu. Serta pelaku pariwisata bisa meyakinkan keamanan dari pengunjung wisata.

Perkiraan Menparekraf Wishnutama Kusubandio, penerimaan devisa sektor pariwisata 2020 bisa berkurang sampai separuh dari penerimaan tahun 2019 sebesar 20 USD. Bahkan lebih dari separuh kehilangan devisa, tergantung tuntasnya pandemi. Proyeksi penyusutan penerimaan devisa ini masih bersifat sementara. Angka itu disusun Kemenparekraf, dengan catatan jika Juni 2020 industri pariwisata mulai pulih dari situasi ini. Pandangan Anda?

Kapan pulih atau tidaknya sektor pariwisata sangat bergantung dari pandemi Covid-19. Siapa bisa menebak pandemi ini akan berlalu? Boleh kira-kira, tapi saya hanya bisa katakan kita berpacu dengan waktu. Selama penularan pandemi masih dinyatakan tinggi, menelan banyak korban dan anti virus belum ada, ya tentunya waktu pemulihan pariwisata pun akan menjadi lamban.

Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan –sekaligus merujuk data World Travel and Tourism Council (WTCC)–menilai sektor pariwisata butuh waktu pemulihan rata-rata sampai 10 bulan agar kembali pulih. Analisa Anda?

Seperti saya sampaikan sebelumnya, pemulihan sektor pariwisata sangat tergantung data dan penyebaran di negara tersebut. Kita bicara pemulihan pariwisata kembali normal setelah pandemi, artinya penyebaran di Indonesia sulit jauh turun atau bicara pemulihan pariwisata 10 bulan mulai dari sekarang ini ?

Maksudnya?

Pemulihan pariwisata di satu negara sendiri, tentu akan tergantung bagaimana negara itu bisa meyakinkan wisatawan yang datang dengan menunjukan data dan fakta daerah mereka bebas dari Covid-19.

Selain itu mereka siap menjaga keamanan pengunjung dengan menyediakan sarana, seperti anti virus scanning, mulai dari airport sampai ke hotel, transport dan objek-objek pariwisata yang menjadi andalan mereka. Semua tergantung secepat apa kita bisa meyakinkan dunia luar bahwa Indonesia aman dan siap menerima tamu dari luar serta mereka aman dari Covid-19.

Industri pariwisata menjadi salah satu sektor terdampak paling besar Covid-19. Ke depan, apa yang terjadi pada industri pariwisata, utamanya usai pandemi berakhir?

Sebelum ke situ, situasi kondisi pelaku pariwisata yang terjadi sekarang seperti ini. Untuk menutupi kekurangan income, menutupnya dengan tabungan pribadi, pinjam dana sana-sini dan melakukan pemutusan hubungan kerja.

Selain inovasi seperti jual voucher, kamar murah bisa di pakai kapan saja selama dua tahun atau lebih. Atau jual aset perusahaan, membuat business focus ke catering atau delivery.

Selain itu?

Sektor pariwisata tidak lepas dari stabilitas dan penyebaran pandemi Covid-19 di Indonesia. bahkan ada isu larangan orang Indonesia untuk travelling ke beberapa negara.

***

Kementerian Luar Negeri RI, pada 18 Maret 2020 mengunggah di Instagram @SafeTravel.kemenlu daftar 68 negara yang melarang masuk WNA–termasuk WNI–dari negara terjangkit virus Covid-19

***

Jadi, untuk memulihkan sektor pariwisata tergantung secepat apa pemerintah dapat menstabilkan dan mengurangi penyebaran Covid-19 hingga menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) di seluruh bidang, baik transportasi, hotel dan sektor-sektor lain yang berhubungan dengan pariwisata, sembari menunggu vaksin Covid-19.

Bagaimana dengan prosedur pelonggaran operasional tempat hiburan hingga akomodasi?

Bagaimanapun, saya setuju kafe, restoran, hingga hotel tetap di buka dan semua menerapkan sistem prosedur keamanan agar mengurangi dan terhindar dari penyebaran Covid-19.

Di sisi lain pandemi cepat atau lambat akan berlalu. Masih ada atau tidaknya, kita manusia akan tetap bisa dan terbiasa beradaptasi diri dengan situasi dan lingkungan yang ada. Begitu pula dengan sektor pariwisata.

Komentar

Ikuti Kami

Kami nalar, punya alasan informasi tak ditelan mentah. Mari, sama-sama bernalar.

Nalar.ID | Cerdas Menginspirasi