Nalar.ID – Jika menyimak tren yang ada, kini Indonesia tengah dilanda demam artis, musik dan drama Korea. Para promotor musik di Indonesia berlomba mendatangkan penyanyi Korea Selatan yang digandrungi oleh masyarakat Indonesia.
Bila mengingat ke belakang, sebelum demam Korea mulai, tahun 2001, masyarakat Indonesia gemar drama seri Mandarin asal Taiwan yang tayang di televisi Indonesia, Meteor Garden. Selain drama televisi, lagu dan musik Mandarin pun sempat menjadi primadona. Jay Chou, penyanyi asal Taiwan pun pernah menggelar konser termewah se-Asia di Jakarta, kala itu.
Kini, penggemar lagu Mandarin, tak perlu kuatir. Sebab, pada 2 Agustus 2019 nanti, akan hadir konser amal Anita Chinese Style Jazz Campus Song Charity Concert. Berlangsung di Universitas Bunda Mulia, Jakarta, konser ini tak hanya menyuguhkan musik jaz namun perpaduan musik tradisional yang menyatukan dua budaya: Indonesia dan Tiongkok.
Dalam siaran tertulis yang diterima Nalar.ID, Minggu (21/7), konser ini di produseri oleh Anita Wang, biduanita kelahiran Shanghai. Ia lama aktif di komunitas musik Mandarin Indonesia. Selain itu, ia aktif mengajar vokal dan memiliki kelompok penggemar setia.
Olah vokal pop modern yang diajarkannya sukses mengubah pola pikir dan pandangan orang Indonesia terhadap cara menyanyikan lagu Mandarin.
Patahkan ‘Oldies’
Di saat masih banyak orang yang masih bernyanyi dengan cara ‘oldies’ atau menganggap seriosa dan vokal lagu daerah sebagai pop, ia berhasil membuat banyak orang menerima dan memelajari cara nyanyi pop-nya lebih alami dan sederhana.
Ia berharap melalui konser ini, dapat memerlihatkan pemikirannya terhadap musik dihadapan semua pecinta musik Mandarin. Konser ini menargetkan, tak hanya masyarakat Tionghoa di Jakarta, konser ini turut mengundang masyarakat luas penikmat lagu Mandarin untuk menikmati konser musik sesungguhnya.
Mengapa disebut konser musik sesungguhnya? Sebab, disajikan bagi para pecinta musik yang ingin benar-benar mengapresiasi musik.
Konser ‘Lebih Musik’
Konser ini ingin memerkenalkan kepada warga Tionghoa Indonesia suatu cara ‘baru’ dalam menikmati musik Mandarin. Sebuah konser musik yang ‘lebih musik’.
Tidak banyak yang tahu jika masyarakat Tionghoa di Indonesia menikmati musik dengan cara yang unik. Kebiasaan orang Tionghoa, sambil makan dan minum, saat mendengarkan konser, kini harus kembali ke esensi musik sebenarnya.
Hal ini menjadikan musik tak hanya pengiring jamuan makan agar suasana tidak ‘kosong’, tetapi sebagai karya seni yang punya makna lebih dalam dan nilai tinggi.
Produser dan spoke person konser, Andy Qiu menjelaskan, “Konsep seperti ini sangat dinantikan pecinta musik dan produser acara musik Mandarin selama bertahun-tahun.”
Andy menambahkan, line–up konser ini adalah musik jaz yang membutuhkan arena atau venue baik dengan sound system bagus agar bisa menonjolkan kelebihan. Terlebih, fasilitas dan peralatan dasar yang dibutuhkan cukup memadai.
Dari visual, konser ini menggunakan layar LED super besar dengan teknologi Indonesia dan Tiongkok.
“Ini sangat jarang terjadi dalam pertujukan musik Mandarin di Indonesia. Ini akan memberi kenikmatan audio maupun visual,” jelasnya. Selain itu, genre utama konser ini adalah jaz dengan perpaduan unsur musik Tiongkok dan Indonesia.
Tak hanya itu. Secara khusus, penyelenggara turut mengundang penari profesional dari Tiongkok Gongliang Zhenzi dan Li Weiwei, agar lebih meningkatkan keindahan visual.
Alat Tradisional Tiongkok
Untuk mewujudkan tema Chinese Classic Style, para musisi alat musik tradisional Tiongkok juga akan hadir dalam pertunjukan ini.
Antara lain, pemain Guzheng Wu Xianxian dan Pipa Wang Yu. Disertai band utama Universal Band plus musisi senior Gunawan Tirta. Mereka berpengalaman bertahun-tahun tampil di berbagai pertunjukan internasional. Untuk bintang tamu, ada eks vokalis band Mandarin legendaris Indonesia, Dong Feng Rifan Lin.
“Konser ini ingin menonjolkan beragam kumpulan pecinta musik dari berbagai suku dan latar belakang berbeda dalam menampilkan pertunjukan yang memertontonkan harmonisasi keberagaman dan indahnya kebersamaan. Tidak terbatas wilayah, negara, bahasa dan warna kulit. Musik menciptakan perdamaian dan persatuan,” ujar Anita.
Nantinya, hasil keuntungan konser akan disumbangkan ke Yayasan Panti Asuhan dan Panti Jompo Darussalam Annur.
Penulis: Erha Randy | Editor: Ceppy F. Bachtiar
Komentar