Nalar.ID

Ini Harapan Chikita Rosemarie pada Momen Hari Kartini

Nalar.ID – Meskipun diperingati pada 21 April 2019 lalu, momen Hari Kartini masih hangat terasa di bulan ini. Sebab, momen ini menjadi refleksi dan eksistensi perempuan Indonesia. Menurut penyanyi Chikita Rosemarie, banyak perubahan positif dalam kepemimpinan perempuan di Tanah Air.

“Salah satu hal positif yang dialami perempuan Indonesia tahun ini adalah kian besarnya kesadaran kolektif akan hak-hak perempuan. Lalu bentuk-bentuk pelecehan, diskriminasi, mansplainning, body-shaming, dan lainnya,” tukasnya, dihubungi Nalar.ID secara tertulis, belum lama ini.

Selain itu, pentingnya sesama perempuan untuk saling mendukung. Baik dalam kehidupan sehari-hari, maupun ranah di media sosial atau digital.

Diskriminatif dan Perlindungan Perempuan

Sayangnya, lanjutnya, masih banyak perjuangan yang belum tercapai perempuan Indonesia saat ini. Mulai dari kebijakan diskriminatif terhadap perempuan dan kelompok-kelompok marjinal, hingga pengesahan RUU PKS yang dibutuhkan untuk perlindungan perempuan, serta para korban pelecehan dan kekerasan seksual.

“Lalu kebijakan yang bisa melindungi buruh migran perempuan dan membangun ruang publik lebih insklusif dan ramah terhadap perempuan, anak serta kaum difabel hingga kelompok lain yang sering terlupakan aspirasinya,” jelas kelahiran Jakarta, 8 Mei 1989 ini.

Sementara itu, Indonesia merupakan salah satu negara yang menetapkan kuota representasi perempuan sebanyak 30 persen dalam politik. Walau demikian, lanjutnya, tak serta-merta aspirasi perempuan bisa tersalurkan.

“Karena tak semua politisi perempuan punya perspektif ‘pro-perempuan’. Dan enggak semua perempuan berpartisipasi dalam pemilu benar-benar melakukan profiling dan background check terhadap kandidat calon-calon legislatif perempuan,” jelasnya.

Chikita menilai, kuota dan persentase keterwakilan perempuan sangat penting. Namun, lanjutnya, lebih penting adalah dialog antara politisi perempuan dengan sejumlah perempuan Indonesia. Baik dari komunitas, organisasi non-pemerintah, korban pelecehan, dan kekerasan seksual.

Namun, bagi sebagian orang, kinerja perempuan masih dianggap sebelah mata. Terutama ketika menduduki posisi atau jabatan penting. Chikita menilai hal ini nyata dan ada sebagai ekses budaya patriarki yang telah mengakar di masyarakat Indonesia.

Berpikir Visioner

“Jika masih ada orang yang memandang remeh perempuan hanya karena dia perempuan, orang itu layak masuk kategori manusia ‘bigot’. Ini yang justru membuktikan mereka tertinggal secara pemikiran dan tidak memiliki kapasitas berpikir visioner,” ungkapnya.

Pelantun lagu Kembali ini berharap, presiden dan wakil presiden terpilih Indonesia bisa melaksanakan janji-janji politiknya. Khususnya, kata Chikita, yang terkait program-program yang punya pengaruh besar bagi kehidupan perempuan Indonesia di berbagai level.

“Mulai dari program ekonomi, lingkungan hidup, pendidikan, infrastruktur, sampai perlindungan pekerja perempuan. Serta kelompok minoritas, difabel, korban-korban pelecehan dan kekerasan seksual, korban pelanggaran HAM di masa lalu,” imbuhnya.

Semifinalis Abang None Jakarta Selatan 2012 ini menambahkan, ia dan para perempuan Indonesia lain akan turut aktif mengawal demokrasi, dengan memerhatikan kinerja pemerintah. Termasuk realisasi program-program yang telah dijanjikan.

Penulis: Febriansyah | Editor: Ezar Radinka

Komentar

Ikuti Kami

Kami nalar, punya alasan informasi tak ditelan mentah. Mari, sama-sama bernalar.

Nalar.ID | Cerdas Menginspirasi