Nalar.ID –Ada yang berbeda dalam suasana perkenalan karya terbaru label rekaman Nagaswara Music & Publishing, Kamis (29/8) lalu di Jakarta. Label pimpinan Rahayu Kertawiguna ini meluncurkan empat karya dari penyanyi cilik. Mereka mengenalkan karya berjudul ‘Cerita Masa Kecil untuk Sahabatku’.
Mereka adalah Abbey Ibrahim, duet Keyne Stars dan Nayla, serta Kesya Salim. Menariknya, Abbey merupakan putri pertama penyanyi Baim ‘The Dance Company’ dan Artika Sari Devi.
Di sini, Abbey mengenalkan lagu Adikku Tersayang, ciptaan kedua orangtuanya, serta Melati Putih karya Guruh Sukarnoe Putra. Dua lagu itu melengkapi single perdana Abbey: Pelangi Usai Hujan yang dinyanyikan bareng ayah dan adiknya, Zoe, di album solo Baim, ‘Wasowokete is a Waluwa’.
Persahabatan dan Kisah Masa Kecil
Berikutnya, Kesya Salim. Ia konsisten merilis lagu anak-anak sejak beberapa tahun terakhir. Usai menelurkan lagu Dag Dig Dug (2018), Kesya yang kini memasuki usia remaja, merilis lagu Petuah Bijak.
Selanjutnya, Keyne Stars, yang juga konsisten berkarya. Ia menggandeng sahabatnya, Nayla D. Purnama, dalam lagu Lagu untuk Sahabat ciptaan Andi Merpati dan Roel Swara. Lagu ini cerita tentang semangat persahabatan.
Melalui karya-karya terbaru, mereka ingin berbagi kisah mengenai indahnya masa kanak-kanak. Nagaswara mengakui, ini bagian dari komitmen untuk terus mengenalkan karya musik anak-anak. Tak sedikit pihak mengapresiasi bahwa masih ada label rekaman yang memproduksi karya musik anak-anak.
Bagaimana proses awal karya ini muncul? Berikut penuturan CEO Nagaswara Rahayu Kertawiguna, dihubungi Nalar.ID, Minggu (1/9).
Tidak banyak perusahaan label rekaman mengorbitkan talent cilik, bahkan sudah langka. Mengapa Anda seberani itu?
Lagu anak merupakan bagian dari segmen market industri musik indonesia. Persoalannya bukan berani atau tidak, tapi lebih kepada tanggung jawab saya selaku produser musik yang selalu berkarya untuk musisi negeri. Ini sesuai visi Nagaswara berkarya di berbagai genre musik.

Selama perjalanan di industri, ini artis cilik Nagaswara ke berapa?
Sebenarnya sudah banyak. Tahun 2010, ada Damas, cucu mendiang drumer Koes Plus, Murry. Masih di tahun 2010, kami merilis album ‘TDC for Kids’. Ini album lagu anak-anak yang diciptakan dan dinyanyikan oleh band The Dance Company. Tahun 2012, ada album anak-anak ‘Bubbles of Love’ ciptaan Lily Dawis, prakasa dari sahabat saya, James F. Sundah, pencipta lagu Lilin Lilin Kecil.
Selain itu?
Tahun 2017, ada Thalitha Thyona Agatha. Tahun 2018, ada Rozan. Sementara, Keyne Stars, sudah mengeluarkan beberapa single dari tahun 2016 sampai sekarang. Sama dengan Kesya, Keyne Stars, sudah banyak lagunya di Nagaswara sampai ia usia remaja. Berikutnya ada dua anak Baim ‘TDC’, yakni Abbey dan Zoe. Terakhir, Nayla D. Purnama, yang sekarang duet bersama Keyne Stars.
Tantangan dan kesulitan mencetak penyanyi cilik?
Pencipta lagu anak di Indonesia saat ini tidak seperti dulu di zaman AT Mahmud dan lainnya. Tidak ada yang hitsmaker di lagu anak. Padahal ada ribuan penyanyi anak dari Aceh hingga Papua.
Lalu?
Ini peluang dalam mengisi kekosongan untuk calon hitsmaker lagu-lagu anak.
Secara hitung-hitungan bisnis, bagaimana peluang dan potensi market untuk lagu-lagu anak?
Karena sampai saat ini belum muncul hitsmaker lagu anak, maka hasilnya belum ada yang spektakuler. Kalau secara potensi, peluang dan market-nya masih terbentang luas.
Setelah ke empat penyanyi cilik ini, ada rencana mau rilis kembali penyanyi cilik lain?
Kami selalu ber-evolusi dalam berkarya untuk musisi negeri ini. Otomatis, selama Indonesia masih ada, ibarat ‘Selama Hayat Masih Dikandung Badan’, Insyaa Allah, Nagaswara masih menjadi ‘mesin musik’ bagi pelaku karya lagu dari berbagai genre. Termasuk genre lagu pop anak.
Penulis: Erha Randy | Editor: Ceppy F. Bachtiar
Komentar