Nalar.ID, Jakarta – Sebagai bentuk berdamai dengan pandemi Covid-19, pemerintah ingin mengampanyekan ‘New Normal’.
Menurut pengamat ekonomi Universitas Indonesia, Berly Martawardaya penggunaan istilah tersebut perlu bahasa yang bisa dimengerti oleh segala kalangan.
“Khawatir, kalau memakai istilah bahasa Inggris ini disalahartikan. Sebab, masyarakat mengartikan kondisi normal ini adalah kondisi yang kembali normal (back to normal) sehingga bisa beraktivitas seperti sebelum pandemi ini. Ini justru membuat orang harus berpikir panjang dulu,” jelas Berly Martawardaya, kepada Nalar.ID, belum lama ini.
Berly menyarankan, agar pemerintah menggunakan bahasa yang lebih mudah dimengerti bagi masyarakat.
“Ya, artinya enggak perlu menggunakan istilah bahasa Inggris seperti di negara-negara lain,” imbuhnya.
Penulis: Erha Randy | Editor: Radinka Ezar
Komentar