Nalar.ID

Kata Pesohor tentang Film ‘Bali: Beats of Paradise’ Karya Livi Zheng

Nalar.ID – Film karya sineas anak bangsa Livi Zheng, Bali: Beats of Paradise, mendapat sambutan hangat di Seoul, Korea Selatan (Korsel). Di Superplex G Theater 21, Lotte World Mall, Seoul, Minggu (31/3), film tersebut di tayangkan.

Superplex G Theater 21 merupakan teater dengan layar terbesar di Korsel, bahkan di dunia. Teater ini pernah dinobatkan oleh Guinness World Records tahun 2014. Dalam siaran tertulis yang diterima Nalar.id, Minggu (7/4), Selain dikenal sebagai teater dengan layar terbesar di dunia, Superplex G Theater juga menjadi atraksi utama karena mampu menampung 622 penonton.

Juga dikenal sebagai teater ultra-large yang terlihat seperti teater opera dua tingkat. Termasuk dilengkapi layar selebar 34 meter dan panjang 13,8 meter. Diperkirakan sama dengan tinggi 34 orang dewasa jika akan digabungkan.

Sebelumnya, di awal tahun ini, trailer karya Livi ini juga sempat tayang di Seoul Sky, bangunan tinggi dan gedung tertinggi di Korsel.

Paduan Tradisional dan Modern

Bali: Beats of Paradise adalah film perpaduan seni budaya tradisional dan modern. Kisah nyata seniman, keindahan pariwisata Bali, dan kerjasama musik pentatonik Bali jenis funk yang dibawa Judith Hill.

Tak heran, ini mengundang animo luar biasa dari penonton di Negeri Ginseng itu. Terbukti, teater kapasitas lebih dari 600 kursi itu dijejali penonton yang rela antri sejak sejam sebelumnya. Yang menonton pun, duta besar dari berbagai negara, pejabat pemerintahan Korsel dan CEO berbagai perusahaan besar di Korsel.

Livi tak ketinggalan hadir di gala premiere film itu. Menurut sutradara kelahiran Jawa Timur, yang menetap di Los Angeles, Amerika Serikat (AS), film ini menceritakan perjalanan sepasang seniman dari Bali. Pasangan itu bermimpi mengenalkan gamelan ke dunia internasional.

Karyanya melibatkan beberapa musisi terkenal seperti Judith Hill, penyanyi dan pencipta lagu asal California. Serta I Wayan Balawan, gitaris jaz Indonesia dari Bali dan terkenal dengan ‘touch tapping style’-nya.

Sebelumnya, film itu tayang di bioskop-bioskop di AS, Mei mendatang di maskapai penerbangan Singapura, SQ. Sementara, Juli 2019 depan, tayang perdana di Jakarta dan kota-kota besar lain di Indonesia.

Duta Besar RI untuk Korea Selatan, Umar Hadi, ikut terlibat dalam proses produksi film ini sebagai eksekutif produser bersama bankir Julia Gouw.

“Saya beruntung bertemu Livi Zheng dan Julia Gouw yang punya hasrat sama, yaitu mempromosikan gamelan. Saya ingin gamelan semakin dikenal di mancanegara dan terus diajarkan serta diwariskan ke generasi muda kita,” kata Umar.

Inspirasi Utama Livi Zheng

Bagi Livi sendiri, gamelan menjadi inspirasi utama dalam filmnya usai sukses dalam Brush With Danger tahun 2015. “Saya makin terinspirasi dan mendalami gamelan saat menyutradarai film ini. Saya akan terus angkat kebudayaan dan seni Indonesia di panggung dunia,” tukasnya.

Budaya Indonesia yang sudah cukup dikenal di Korsel, nampaknya turut membuat film ini sangat dinikmati masyarakat yang menonton. Youngsil Park, salah satunya.

Amazing film! Saya jadi makin suka gamelan dan kebudayaan Indonesia. Saya merekomendasikan film ini untuk ditonton,” ungkapnya.

Selain itu, Jacob Choi memberi penekanan lain. Menurutnya, film ini sangat berbeda dan mengesankan. “Perpaduan budaya Indonesia dan AS menghadirkan rasa tersendiri. Film ini jadi salah satu gerakan film Asia yang sangat baik,” ungkapnya, usai menonton film tersebut.

Film ini serentak tayang di seluruh jaringan bioskop Lotte Cinema di Korsel mulai 15 April 2019. Film ini diharapkan semakin membuat Indonesia dikenal di Korsel. Harapan serupa diungkapkan Young Choi, Rektor Dong-ah Institute of Media and Arts yang hadir menonton.

“Film ini membuat saya jatuh cinta lagi dengan Indonesia. Terutama dengan Bali,” paparnya.

Penulis: Febriansyah | Editor: Ceppy F. Bachtiar

Komentar

Ikuti Kami

Kami nalar, punya alasan informasi tak ditelan mentah. Mari, sama-sama bernalar.

Nalar.ID | Cerdas Menginspirasi