Nalar.ID

Keyakinan Joko Budi Kembangkan Bahan Bakar Nabati di Indonesia

Nalar.ID – Pesta demokrasi di Indonesia telah berakhir 22 April lalu. Pengusaha Indonesia menyampaikan harapan pada pemerintah selama lima tahun ke depan.

Salah satunya Joko Budi, pengusaha industri gula asal Jawa Tengah. Ia berkecimpung di industri gula nasional sejak 10 tahun terakhir.

Berikut keterangannya kepada Nalar.ID, Senin (3/6):

Harapan Anda untuk ekonomi Indonesia dalam lima tahun ke depan?

Perekonomian Indonesia terus tumbuh. Minimal di angka 5 – 10 persen per tahun.

Bagaimana dengan pemerintah?

Bisa menggerakkan bisnis sektor riil lebih kuat. Juga efisiensi-efisiensi dalam anggarannya untuk memperluas dukungan ke sektor UMKM (usaha mikro kecil menengah), dan sebagainya.

Untuk mendorong peningkatan dan menggerakkan roda ekonomi nasional, bagaimana prioritas dan upaya pemerintah?

Seperti keterangan saya sebelumnya, pemerintah harus melakukan efisiensi anggaran untuk dialokasikan ke dukungan di sektor riil dan UMKM. Termasuk target profesionalitas ke bisnis-bisnis di BUMN (Badan Usaha Milik Negara).

Sebagian pengusaha menganggap, paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah saat ini belum mengajak dunia usaha sebelum menerbitkan paket tersebut, ya.

Pemerintah, saya lihat, masih terlalu berat pada pertimbangan politik ketimbang ekonomi. Maka itu, dalam melibatkan swasta pun harus bertujuan secara terukur ke arah pertumbuhan ekonomi, bukan justru pada politik semata.

Apakah hasil Pemilu 2019 telah sesuai harapan Anda?

Belum. Saya prihatin dengan kondisi pelaksanaan Pemilu 2019. Secara kuantitas, pemilu kali ini kurang baik dibandingkan sebelum-sebelumnya.

Bagaimana strategi pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi?

Saat ini, pemerintah sepertinya sulit mendorong pertumbuhan ekonomi. Padahal, banyak peluang. Kita punya produk Fuel Grade Ethanol (bahan bakar nabati dari gula, atau energi terbarukan_red). Dapat dipakai subtitusi untuk bahan bakar Pertalite maupun Pertamax. Dari situ, industri fuel grade ethanol akan tumbuh luar biasa pesat. Kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri juga sangat tinggi, dengan target 50 persen impor.

Selain itu?

Bahan juga banyak tersedia di dalam negeri. Seperti tebu, singkong, jagung, dan lain sebagainya. Undang-undang Energi membatasi kreatifitas masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam hal pengembangan energi. Khususnya BBM.

Joko Budi - nalar.id
Penandatangan kerjasama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X dengan PT Gula Energi Nusantara milik Joko Budi, pada 1 Maret 2019 lalu. NALAR/Dok.pri.

Termasuk industri gula nasional?

Iya, hal sama juga terjadi pada ini (industri gula nasional). Sebenarnya, untuk konsep teknologi, sudah ada tebu yang dialihfungsikan menjadi gula cair. Maka, swasembada pun akan tercapai. Sayangnya, pemerintah masih kurang serius dalam hal swasembada energi dan pangan.

Selama Anda mengembangkan industri gula nasional, apa tantangan dan harapan untuk pemerintah lima tahun kedepan?

Tantangan pemerintah dihadapkan pada akan ‘punah’-nya industri gula pemerintah yang mengikuti ‘punah’-nya industri kertas pemerintah. Selain itu, pabrik gula pemerintah juga terus merugi, sehingga dari waktu ke waktu, pabrik gula secara bertahap di tutup di Indonesia.

Selain itu?

Tahun 2018, sebanyak 10 pabrik gula tutup. Dari tahun 1930-an, dari 200-an pabrik gula pemerintah, sekarang hanya menyisakan sekitar 50 pabrik gula. Namun, disisi lain, pabrik gula swasta terus bertambah.

Pemerintah harus bagaimana?

Tantangan pemerintah adalah menangani bisnis gulanya. (Pemerintah) harus segera mengambil langkah kreatif terhadap industri gula. Jika tidak, pabrik gula pemerintah akan ‘hilang’ mengikuti nasib industri kertas pemerintah.

Ide Anda?

Salah satu langkah kreatif yang bisa dilakukan adalah alih fungsi produk gula tebu, dari gula tebu kristal (konvensional) yang sudah ratusan tahun tidak ada inovasi.

Caranya?

Menjadi gula kristal rendah glikemik indek, dan menjadi gula cair tebu, dengan peningkatan hasil produksi gula akan naik minimal 100 perse. Biaya produksi pun turun sekitar 25 persen.

Saat ini, kami sedang mencoba kerjasama dengan PT Perkebunan Nusantara X (perusahaan agroindustri gula dan tembakau di Indonesia). Semoga pemerintah mendukung secara riil. Mempermudah, bukan mempersulit.

Penulis: Febriansyah | Editor: Ceppy F. Bachtiar

Komentar

Ikuti Kami

Kami nalar, punya alasan informasi tak ditelan mentah. Mari, sama-sama bernalar.

Nalar.ID | Cerdas Menginspirasi