Nalar.ID

LAZISMU: Indeks Literasi Zakat Masih Moderate, Potensi Zakat Tinggi

Nalar.ID, Jakarta – Literasi zakat di Tanah Air, diketahui belum terlalu tinggi. Hal ini mendorong LAZISMU dalam melakukan edukasi market, sekaligus menyelenggarakan “Survey Indeks Literasi Zakat” secara online.

Berdasarkan data PUSKAS BAZNAS, indeks literasi zakat nasional tahun 2020 masih di angka 66,78 persen. Tentu, indeks tersebut menunjukkan jika tingkat literasi zakat masuk kategori moderate.

Menurut Badan Pengurus LAZISMU Pusat, Prof. Hilman Latief, M.A, Ph.D., saat ini masyarakat memang mengetahui zakat.

“Namun, mereka tidak paham secara mendalam apa itu zakat. Masih banyak pertanyaan yang muncul. Termasuk dari kalangan milenial. Seperti, tentang beda zakat dengan infaq atau sodaqoh,” kata Prof. Hilman Latief, M.A, Ph.D., dalam sesi diskusi webinar ‘Indeks Literasi Warga Muhammadiyah dan Upaya Edukasi Zakat di Persyarikatan’, pada Sabtu (26/9/2020).

Oleh karena itu, penting dalam melakukan edukasi untuk menanamkan pemahaman mendalam tentang zakat.

Perlu Edukasi

Prof. Hilman Latief, M.A, Ph.D. menambahkan, untuk melakukan edukasi demi meningkatkan tingkat literasi zakat, diperlukan survey dalam mengetahui lebih dahulu persepsi masyarakat akan zakat.

Adapun, survey “Survey Indeks Literasi Zakat” tersebut akan digelar secara online mulai 16 September – 26 Oktober 2020 mendatang. Selain itu survey ini mendapatkan dukungan Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Serta majelis, lembaga, Ortom (MLO) Muhammadiyah.

“Kemudian pemahaman tentang pengelolaan zakat, cara partisipasi masyarakat dalam berzakat, dan lain sebagainya,” tambahnya.

Pihaknya berharap melalui riset dan pemahaman yang tinggi terhadap zakat, maka potensi filantropi Muhammadiyah melalui zakat dapat diperkuat.

Hal senada turut disampaikan oleh Dewan Syariah LAZISMU Pusat, DR. H. Hamim Ilyas. Ia mengatakan bahwa potensi zakat di Indonesia tercatat masih tinggi. Tahun 2020, potensi zakat mencapai Rp 330 triliun.

“Target realisasinya tahun 2020 mencapai Rp 12 triliun. Sementara realisasi zakat tahun lalu menembus hingga Rp 10 triliun,” tambah DR. H. Hamim Ilyas.

3 Kendala

Masih rendahnya realisasi zakat, sambungnya karena terdapat tiga kendala dalam realisasi zakat. Diantaranya terkait literasi zakat yang masih belum tinggi, lembaga dan sumber daya manusia pengelola zakat, hingga regulasi zakat.

Peneliti PUSKAS BAZNAS, Abdul Azis YE., M.Sc.,juga berpendapat serupa. Berdasarkan data PUSKAS BAZNAS, skor pemahaman dasar zakat atau skor indeks literasi zakat masih pada tahap moderat, yaitu masing-masing 72,21 dan 66,78.  Sementara itu, untuk skor pemahaman lanjutan zakat tercatat masih rendah, atau sebesar 56,68.

“Maka itu, butuh edukasi dalam meningkatkan literasi zakat. Catatan selan itu bahwa tingkat literasi zakat dikalangan anak muda juga masih terbilang rendah,” tukas Abdul Azis.

Dalam rujukan PUSKAS BAZNAS melalui “Survey Perilaku Zakat”, lanjut Azis, sumber informasi zakat tertinggi berasal dari ceramah ustaz (46%). Kemudian dari kantor atau kampus (17%), media sosial (16%), keluarga (13%), media elektronik (5%), hingga media cetak (3%).

Abdul Azis mengungkapkan, muncul fakta lain terkait hal tersebut. Diakuinya, sebesar 60%, masyarakat masih menunaikan zakat di luar lembaga zakat resmi. Diantaranya, sebesar 37% menyalurkan zakatnya langsung ke masjid. Lalu, 23% ke muztahik (penerima zakat).

“Hanya 40% yang menyalurkan ke lembaga zakat resmi, yaitu melalui Baznas (25%) dan Lembaga Amil Zakat (15%),” tutup Azis.

Penulis: Erha Randy | Editor: Ceppy F. Bachtiar

Komentar

Ikuti Kami

Kami nalar, punya alasan informasi tak ditelan mentah. Mari, sama-sama bernalar.

Nalar.ID | Cerdas Menginspirasi