Nalar.ID, Jakarta – Penasehat Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Forum Bela Negara (FBN) Kementerian Pertahanan RI, Dr. Edi Ribut Harwanto S.H., M.H., meluncurkan buku ke empat berjudul ‘Distortion Between Dogma And Democracy System’.
Buku setebal 135 halaman yang ditulis sejak enam bulan lalu ini berisi paradigma yang didasarkan pada aspek dogma dan teologis, dengan direkontruksikan pada realitas empiris kehidupan moderen era melenial.
Selain itu, penulis ini mengombinasikan melalui paradigma kontruktifism dalam catatan tulisan dengan sudut pandang pokok pada keberlakuan hukum alam dari filsuf Socrates, Plato, Aristoteles. Serta disingkronisasi filsuf Islam Al-Kindi Al Gazali dan lainnya.
“Saya juga mengurai kemunculan perilaku tersembunyi pemikiran sekularisme yang mencoba melakukan dikotomi antara dogma theologi dengan pemerintahan politik dan kehidupan sosial,” kata Edi, kepada Nalar.ID, Minggu (28/6/2020).
Ide Buku
Kepala Laboratorium Fakultas Hukum (FH) Universitas Muhammadiyah Metro, menuturkan ide dasar penulisan buku ini bermula ketika ia berkunjung ke beberapa pondok pesantren di Jawa Timur.
Ia mengatakan sumber inspirasi buku ini adalah KH Sollahudin Wahid Gus Solllah, pimpinan Pondok Pesantren Tebu Ireng dan KH Gus Aam Wahab Hasbullah Dhuriyah, cucu pendiri NU, Rais Am KH Wahab Hasbullah.
“Buku ini merupakan refleksi catatan kehidupan akhir zaman dari sumber hukum Allah SWT, Al Qur’an, dan hadis dengan indikator realitas empirisnya,” ucap pakar Hukum Pidana Ekonomi dan Hak kekayaan Intelektual FH Universitas Muhammadiyah Metro.
Edi menjelaskan, dari irama penulisan awal hingga akhir buku ini, penulis menemukan novelty-novelty baru yang sengaja tak disingkap melalui hipotesa tertulis. Namun, sengaja agar penulis membiarkan bebas mengalir dalam dinamika berpikir oleh pembaca.
“Selanjutnya mampu terangsang dan menggerakkan dalam membuat kesimpulan qolbu dan diamalkan melalui ilmu yang didapatnya,” tambahnya.
Kerusakan Moral
Edi mengungkapkan, penyimpangan perilaku dan moralitas ulama dunia dan rakyat terjadi di era milenial. Menurutnya, ini akibat perilaku diam-diam pengaruh paham sekularisme dalam bentuk perbuatan.
Perbuatan-perbuatan tersebut, lanjutnya, dilakukan oleh pejabat dalam melakukan korupsi uang negara. Lalu, rakyat menerima suap dalam pelaksanaan demokrasi. Menurutnya hal ini merupakan wujud kerusakan moral akibat meninggalkan ajaran dogma.
Ia berharap semoga buku yang ditulis ini bermanfaat dan menyumbangkan ilmu pengetahuan bagi umat dan dapat melaksanakan Tridarma perguruan tinggi.
“Uraian hukum alam jadi titik sentral penulisan buku ini. Sekaligus landasan pokok dalam memulai kajian secara penginderaan empiris, penajaman intuisi, pemanfaatan akal pikiran dan menjadikan wahyu Allah SWT sebagai hukum tertinggi,” tukas Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat LBH Partai Berkarya ini.
Penulis: Febriansyah | Editor: Ceppy F. Bachtiar
Komentar