Nalar.ID

Mengenal Fatimah Az-Zahra, Penulis Buku ‘Omzet Miliar Tanpa Modal’

Nalar.ID, Jakarta – Bekerja keras merupakan salah satu cara agar seseorang menjadi sukses. Tentunya, untuk mencapai harapan. Pengalaman sukses dan bekerja keras dapat dipelajari dari pengalaman wanita satu ini.

Siapa sangka, wanita kelahiran Serang, Banten ini menggapai sukses sebagai pengusaha yang beromzet miliaran tanpa modal, yakni hanya mengandalkan kuota internet.

Fatimah Az-Zahra menceritakan perjalanan suksesnya dengan beragam beragam kendala hingga hambatan. Disitu, ia tidak menunjukkan bahwa dirinya menyerah. Terus berjuang, hingga menemukan solusi dalam bisnis merintis Virgin Coconut Oil (VCO) dan herbal turunannya.

Bagaimana kisahnya?

Awalnya, ia mengalami gangguan pada rahim. Sekaligus ditandai seringnya pendarahan. “Diagnosa awalnya kista. Tetapi dokter lain menyebut ada sel kanker. Untuk memastikan, dokter minta agar saya melakukan papsmear, tindakan operasi dan sebagainya. Bukannya saya tak setuju. Tapi, saya sama sekali tidak punya dana untuk tindakan operasi,” katanya, kepada Nalar.ID, Sabtu (31/10/2020).

Ia menceritakan, untuk makan sehari-hari pun ia tidak bisa leluasa dengan gajinya sebagai guru les bahasa asing.

Selancar di Dunia Maya

Mulailah ia menggali pengetahuan di internet tentang ciri-ciri kista, hingga cara kerja tubuh melawan kanker. Ia juga mempelajari khasiat tumbuhan, akar-akaran, dan dedaunan tertentu.

“Semua saya pelajari otodidak di warnet, di dekat rumah,” sambungnya.

Salah satu yang menarik perhatiannya, yakni Virgin Coconut Oil (VCO). Diketahui, VCO mengandung asam laurat yang tinggi dan berkhasiat meningkatkan sistem imun tubuh.

Padahal sistem imun akan memperbaiki kerja sel di seluruh organ tubuh dan menjadikan organ tubuh jadi kuat melawan sel kanker. VCO juga diperlukan dalam menaikkan derajat sistem imun, sehingga mampu melawan sel penyebab kanker di organ tubuh.

“Inilah yang saya cari. Tapi, timbul masalah baru tentang cara meracik VCO yang bermutu. Saya browsing lagi sampai menemukan racikannya. Saya pakai kelapa hasil kebun sendiri, lalu meracik sendiri. Lalu, sempat gagal berulang kali,” sahutnya.

Akhirnya, ia menemukan pola terbaik membuat VCO. Selain meracik herbal lainnya untuk mendukung VCO dalam melawan penyakit di rahimnya.

Alhasil, gangguan di rahimnya sembuh total dalam jangka enam bulan. Walau begitu, ia masih rutin mengonsumsi VCO karena membuat tubuh lebih bugar. Terlebih kadar antioksidan VCO begitu tinggi.

Rajin Uji Coba

Dari percobaan tersebut disertai kesembuhan penyakit yang dideritanya, melahirkan ide untuk berbagi kepada orang lain yang bermasalah dengan kesehatan.

“Mulailah saya share cara bikin VCO. Mulai dengan proses pemanasan, tanpa enzimatis, dan bahan kimia. Benar-benar virgin. Lalu, saya tuliskan juga seperti ‘Anda punya masalah dengan kesehatan, silakan hubungi saya. Saya akan share cara membuat VCO yang baik untuk kesehatan.’ Tidak lupa saya sertakan nomor telepon,” jelasnya.

Siapa sangka, kalimat sugesti tersebut membuat orang lain antusias dan tertarik. Berikutnya, atas balasan yang ia terima, mereka minta agar dirinya membuat VCO dan mengirimkan ke mereka.

Fatimah masih ingat betul, tahun 2012, order pertamanya melalui ujung telepon sebanyak satu VCO. Kala itu ia jual dengan harga Rp70.000. Hal ini didasarkan pada harga bahan dan laba 50 persen. Esok harinya, ia kembali menerima order. Hingga ada yang memesan lima liter VCO dan seterusnya.

“Awalnya, VCO yang saya bikin berbagai merek, tergantung permintaan. Lalu, permintaan berkembang. Antara lain minta dibuatkan 1.000 sabun VCO tanpa deterjen. Saya bersedia bikin 3.000 sabun, asal mereka berkenan kirim down payment (DP) dulu. Artinya, mereka modalin saya untuk membuat sabun VCO,” paparnya.

Setelah itu, ia pun tertantang untuk membuat sabun VCO tanpa deterjen, tapi berbusa. Kembali lagi, ia berselancar di internet hingga menemukan racikan yang tepat. Demikian pula pesanan lotion dengan VCO dan pesanan baru lainnya, selalu ia mulai dengan mencari tahu di dunia maya.

Merek Sendiri

Diakuinya, para pemesan, biasanya sudah punya pasar tapi tidak punya produsen. Maka itu, saat pesan, mereka juga menitipkan merek.

“Jadi, awalnya VCO yang saya bikin dengan berbagai merek tergantung permintaan. Setelah punya modal, baru lah saya punya merek sendiri,” tambahnya.

Meski terlihat menggemberikan, ketika mengawali usaha tersebut di tahun 2012, ia mengaku harus jungkir balik sendirian. “Tak jarang saya sendirian membawa berkarung-karung bahan, digusur-gusur sendirian. Atau tengah malam masih di jalanan sendirian,” tukasnya.

Ditakdirkan sebagai anak yatim, ia pun terbiasa oleh pahitnya hidup. “Bila perlu, tidur di mana saja, oke. Bahkan, saat masih remaja, terpaksa menyantap makanan yang terlepas dari mulut kucing saat berbuka puasa,” ujarnya.

Akhir kata, usaha yang dilakoninya ini mulai memperlihatkan hasil nyata tahun 2017.

Alhamdulillah, sudah menangani ratusan produk dan omzet mencapai satu miliar per bulan. Saat itu, saya mulai berpikir untuk buat buku berjudul Omzet Miliar Tanpa Modal,” katanya.

Bukan ingin gagahan atau pamer, melainkan untuk membagi inspirasi sukses kepada banyak orang, bahwa menjadi sukses bisa diraih dengan tanpa modal.

Akhirnya, manajemen perusahaan pun mulai dibenahi sang suami, Kahfi Suresh. Kini, manajemen perusahaannya telah tertata dengan baik, selain membeli pabrik baru. “Semua ini berdampak pada peningkatan omset menjadi 20-30 miliar per bulan saat ini,” tambahnya.

Tahun 2019, ia mulai berinvestasi memiliki pabrik tambahan dengan ratusan karyawan. Beruntung, selama masa pandemi Covid-19, omzet perusahaannya justru stabil oleh penjualan hand sanitizer yang banyak dibutuhkan masyarakat.

“Maka itu, kami tidak terpikir untuk melakukan PHK (pemutusan hubungan kerja) kepada karyawan kami,” tutupnya.

Penulis: Erha Randy | Editor: Ceppy F. Bachtiar

Komentar

Ikuti Kami

Kami nalar, punya alasan informasi tak ditelan mentah. Mari, sama-sama bernalar.

Nalar.ID | Cerdas Menginspirasi