Nalar.ID

Penyintas Kanker, Berjibaku Memberi Informasi Bencana

Jakarta, Nalar.ID – Tidak menyangka ada orang Boyolali yang foto dan beritanya dimuat di harian New York Times asal negeri Paman Sam. Richard C. Paddock, jurnalis senior media tersebut, jauh-jauh terbang ke Indonesia untuk menemui pria ini.

Jurnalis itu meminta wawancara khusus dan foto. Wawancara didampingi seorang kontributor Indonesia, dan fotografer, akhir Desember 2018. Pria itu bertanya kepada sang jurnalis: “Apa yang menarik dari saya sehingga Pak Paddock datang kesini?”

Paddock menjawab, “Apa yang kamu lakukan sangat menarik diberitakan. Dari sisi kemanusiaan sangat menarik. Indonesia ditimpa banyak bencana yang menimbulkan ribuan korban jiwa.”

Kanker Stadium 4B

Pria yang dimaksud adalah Sutopo Purwo Nugroho (49), Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Di saat bersamaan, Pak Topo–biasa akrab disapa–, tengah menderita kanker paru stadium 4B. Sakit kritis yang cukup pilu dan menyakitkan.

“Tapi terus memberikan informasi bencana tanpa menyerah dan mengenal lelah. Ini sangat menginspirasi. Media internasional juga banyak memberitakanmu. Merujuk semua informasimu. Penjelasan yang kamu berikan cepat, akurat, dan menenangkan banyak pihak,” lanjut Paddock.

Masih kepada Topo, Paddock, terus mengatakan bahwa umumnya survivor kanker, apalagi sudah level kritis, banyak di rumah atau di rumah sakit. Tapi, kata Paddock, Topo masih bekerja melayani media dan publik. Paddock mengaku pengikut atau followers Twitter Topo.

“Sangat cepat sekali kamu memberikan informasi bencana. Di Amerika Serikat tak secepat itu. Media sulit mendapatkan data dan informasi cepat ketika bencana di sana. Twitter kamu juga sering memuat hal-hal lucu. Tentang kehidupan, kesehatan, hoaks, dan lainnya. Kami, orang Amerika Serikat, banyak simpati, respect, dan apresiasi apa yang Pak Topo lakukan. Itu alasan saya datang kesini,” sambung Paddock, seperti dikutip dari New York Times, 28 Desember 2018, Sabtu, waktu setempat.

Dalam kesempatan terpisah, di Tanah Air, Topo, tidak menyangka wawancara ia dan jurnalis tersebut dimuat pada rubrik The Saturday Profile di harian New York Times edisi 28 Desember 2018.

Rubrik Prestisius

Selama ini, rubrik atau kanal di harian tersebut biasa diisi ulasan tokoh atau orang kaliber kelas top. Sementara, Topo, ‘hanya’ humas lembaga nasional bencana di Indonesia.

“Sesungguhnya apa yang saya lakukan ini biasa. Sebagai jubir (juru bicara) BNPB, saya harus terus-menerus memberikan informasi bencana kepada media. Bencana tak mengenal waktu kapan kejadian. Saya pun juga harus begitu. Meskipun kondisi tubuh (saya) makin melemah karena sakit makin menggerogoti tubuh ini,” kata kelahiran Boyolali ini.

Topo bersyukur, para awak media masih mendukungnya. Juga perhatian, dekat, dan selalu mendoakan. “Hubungan pribadi bukan sebatas pejabat jubir dan wartawan. Tapi sudah seperti sahabat yang selalu mendukung dalam situasi apapun. Jika ada kesalahan, mohon dimaafkan. Terimakasih,” tutup pria dengan dua anak ini.

Penulis: Ceppy F. Bachtiar | Editor: Ceppy F. Bachtiar | Sumber: New York Times

Komentar

Ikuti Kami

Kami nalar, punya alasan informasi tak ditelan mentah. Mari, sama-sama bernalar.

Nalar.ID | Cerdas Menginspirasi