Nalar.ID – Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), jumlah hoaks atau kabar bohong menjelang pemilu (pemilihan umum) 2019 terus bertambah.
Tercatat, selama Agustus 2018 – Maret 2019, ada 1.124 hoaks berhasil diidentifikasi oleh Kemenkominfo. Angka tersebut terus meningkat setiap bulan. Bahkan, Maret 2019, penyebaran di masyarakat telah mencapai 453 hoaks.
Berikut faktanya, seperti dirangkum Nalar.ID, Selasa (16/4):
Hoaks Politik Terbanyak
Dari total hoaks tersebar pada Agustus 2018 – Maret 2019, hoaks tentang politik mendominasi sebanyak 319, atau 26,06 persen dari total yang berhasil diindentifikasi. Disusul mengenai pemerintahan dam kesehatan, masing-masing 170 dan 182.
Edukasi Masyarakat
Guna menekan jumlah hoaks yang kian banyak, Kemenkominfo menyiapkan beragam cara. Dari hulu sampai hilir. Untuk hilir, Kemenkominfo mengedukasi masyarakat. Sementara, di hilir, kerjasama dengan sejumlah instansi, Kemenkominfo melakukan tindakan take down (memblokir) aplikasi sampai penindakan hukum.
Kerjasama Operator Seluler
Kemenkominfo rencana menggandeng operator seluler untuk meningkatkan literasi masyarakat akan informasi digital. Tujuannya, untuk menghindari penyebaran hoaks.
Literasi Masyarakat
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengungkapkan, dalam menghadapi hoaks, pemerintah terus meningkatkan literasi masyarakat terhadap informasi digital. Yakni, melalui kerja sama dengan operator seluler.
SMS Sepekan Sekali
Rudiantara menyebut, kerja sama dengan operator itu, melalui pengiriman pesan singkat (SMS/short message service) ke para pelanggan minimal sepekan sekali. Dalam SMS itu, pelanggan diarahkan ke satu situs tertentu, berisi edukasi tentang digital. Lewat SMS ini, ongkos lebih murah sebab operator tak hanya mendapat bisnis.
“Ini bagian dari CSR operator, jika masyarakat betul-betul autodidak belajar digital dari situ (mengedukasi),” kata Rudi.
Chatbot Antihoaks
Kemenkomifo menyediakan layanan chat bot bernama Chatbot Anti Hoaks untuk memerangi peredaran hoaks. Disini, Kemenkominfo, kerjasama dengan start up PT Prosa Solusi Cerdas dalam membangun layanan ini.
Aplikasi Telegram
saat ini, Chatbot Antihoaks, hanya ada di aplikasi Telegram. Untuk memanfaatkan layanan ini, pengguna hanya perlu cari alamat @chatbotantihoaks di Telegram. Selain itu memasukan link atau teks yang masih diragukan kebenaran informasinya.
Deteksi Artikel
Layanan atau program itu akan memanfaatkan untuk mendeteksi berita, tulisan, atau artikel. Lantas, memberi kepastian informasi itu benar atau hoaks. Lalu, disertai link hoaks serupa. Jika hoaks itu baru tersebar, program akan menampung data lebih dahulu.
Buku Literasi
Selain layanan dan program dari Kemenkominfo, ada Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi. Gerakan ini menggelar program andalan dan seri buku literasi digital. Program ini bagian dari upaya meningkatkan kompetensi pengguna Internet di Indonesia.
Panduan Digital
Selain melalui buku literasi, GNLD juga melakukan sejumlah program unggulan lain. Ada School of Influencer, Pandu Digital, dan peningkatan kompetensi literasi digital untuk gerakan Pramuka. Gerakan Pramuka ini kerja sama dengan pramuka Jawa Tengah bertajuk Saka Milenial (sakamilenial.acouts.id).
Penulis: Febriansyah | Editor: Ceppy F. Bachtiar
Komentar