Nalar.ID

Raden Siti Fitrie Kirana: Keluarga Faktor Utama Perlindungan Anak

Nalar.ID – Pada 23 Juli ini merupakan hari dan momen penting untuk anak-anak Indonesia. Sejak 35 tahun silam, Presiden RI ke-2 Soeharto menetapkan Hari Anak Nasional. Penetapan ini masuk ke Keputusan Presiden (Keprres) RI Nomor 22 Tahun 1984.

Keppres itu memuat perjuangan anak sebagai penerus bangsa. Sebab itu, butuh usaha pembinaan. Salah satunya utamanya, dari orang tua.

Dalam kesempatan terpisah, aktivis perempuan dan anak, dan pengusaha wanita Raden Siti Fitrie Kirana mengatakan bahwa peran keluarga sangat penting bagi seorang anak. Maka itu, orang tua wajib mendidik dan memberikan edukasi maksimal.

“Keluarga menjadi sumber inspirasi dan spirit karena anak belajar banyak dari lingkungan terdekat tentang banyak hal. Aktivitas hidup melimpah berkat dukungan keluarga ini menjadi obor anak untuk tumbuh kembang,” ucap Ade, sapaan akrabnya, dihubungi Nalar.ID, Kamis (25/7).

Namun, lanjutnya, masih sering kita mendengar dan melihat, anak terasing dari lingkungan keluarga. Artinya, masih banyak anak belum dapat perlakuan baik dari lingkungan terdekat.

“Lebih sering menjadi korban kekerasan orang dewasa di rumahnya sendiri. Enggak hanya fisik tapi mental dan seksual. Enggak boleh dianggap biasa karena anak-anak usia sekolah dasar dan dibawahnya akan menyimpan kuat memori sampai dia dewasa,” jelasnya.

Penguatan Keluarga

Sebab itu, perlu penguatan peran keluarga. Keluarga faktor utama dalam perlindungan anak. Pasalnya, keluarga adalah orang terdekat dalam sistem sosial anak. Termasuk fungsi sebagai sahabat dan pelindung anak.

Selain itu, anak akan merasa nyaman, aman, dan tentram bersama keluarga terkasih. Rasa ini yang dibutuhkan anak-anak Indonesia.

“Fikih perlindungan anak ala YPPA (Yayasan Perlindungan Perempuan dan Anak) berpegang pada ajaran Islam, yaitu bingkai melindungi harkat dan martabat masa depan bangsa (anak). Keluarga memainkan peran penting membina kasih sayang (al-mawaddah wa ar-rahmah). Mawaddah, mencerminkan kasih sayang lahir dari interaksi fisik. Sedangkan rahmah, kasih sayang lahir dari interaksi batin,” tukasnya.

Di lain hal, entah karena peran teknologi atau tidak, orang tua masa kini menyadari pentingnya peran pendidikan. Sejumlah upaya dilakukan orang tua untuk mendukung pendidikan anak.

Misalnya, menciptakan lingkungan belajar kondusif di rumah, penerapan waktu khusus belajar, dan mendampingi anak belajar. Bahkan tak sedikit orang tua mengalokasikan anggaran khusus untuk bimbingan belajar. Selain itu, peran orang tua sebagai pendidik utama di keluarga harus saling kerja sama dalam mendidik anak-anaknya.

Bagi ayah, yang punya kelebihan ilmu dan keterampilan mendidik, harus mengajarkan istrinya. Begitu pula sebaliknya. Sebab, sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya.

Penggunaan Teknologi

Tidak hanya itu. Interaksi fisik menjadi penting di tengah canggihnya teknologi informasi. Namun, teknologi tidak akan mampu mengalahkan sentuhan fisik langsung dari orang tua. Maka itu, orang tua harus memerhatikan anak-anaknya daripada handphone-nya.

Disamping itu, keluarga merupakan tempat belajar bagi anak dalam segala sikap untuk berbakti kepada Tuhan sebagai perwujudan nilai hidup yang tinggi.

Sejauh ini, dalam pandangan Ade, banyak peristiwa atau kasus yang melibatkan anak-anak belum tuntas diselesaikan. Terutama perkawinan anak, merokok, kurang gizi, stunting, hingga kekerasan fisik dan seksual.

Ade mengatakan, hal ini diperlukan kerja sama yang baik antara orang tua, lingkungan sekitar, dan pemerintah. Sepanjang perjalanan YPPA, yayasan sosial yang dirintis Ade ini lebih fokus terhadap kekerasan seksual dan bullying terhadap anak dan wanita.

“Kami juga ingin mengembangkan konsentrasi kepada kekerasan cyber crime. Ini sudah sangat merisaukan banyak pihak,” tutupnya.

Penulis: Febriansyah | Editor: Ceppy F. Bachtiar

Komentar

Ikuti Kami

Kami nalar, punya alasan informasi tak ditelan mentah. Mari, sama-sama bernalar.

Nalar.ID | Cerdas Menginspirasi