Nalar.ID, Jakarta – Diketahui, Lazismu telah menjadi lembaga zakat, infak dan sedekah (ZIS) nasional. Tak hanya itu, ZIS Lazismu juga mendapat banyak penghargaan hingga menjadi kebanggaan Persyarikatan Muhammadiyah. Juga manfaat program-program Lazismu yang telah memberikan sumbangsih bermakna untuk kemanusiaan di level lokal, nasional, hingga global.
Dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Lazismu untuk masa kerja 2021 bertema “Digitalisasi Filantropi untuk Penguatan Tata Kelola Lazismu & Pencapaian SDGs” secara daring, Jumat (4/12/2020), Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. K.H. Haedar Nashir, M.Si., menegaskan beberapa hal. Diakuinya, program-program Lazismu telah berkontribusi di dunia internasional.
“Banyak program Lazismu menunjukkan spirit Al-Maun yang terus kita rawat lebih dari 108 tahun. Baik dalam jiwa, pikiran, dan sikap kita. Termasuk dalam tindakan dan aktivitas kita. Al-Maun di tangan kita telah menjelma menjadi praksis sosial kemanusiaan yang membebaskan, memerdekakan, memajukan, dan memberdayakan manusia,” ujar Prof. Dr. K.H. Haedar Nashir, M.Si., dalam kesempatan secara virtual, kepada Nalar.ID, Jumat (4/12/2020).
Zakat, infak, dan sedekah, menurut Haedar adalah ajaran Islam. Termasuk menjadi kewajiban masyarakat dalam menunaikan dan mengikhtiarkan penggunaannya. Lazismu juga sudah menjadi lembaga amil zakat yang amanah, bertanggung jawab, dan memiliki tingkat good governance. Alhasil, fungsi ZIS dapat ditunaikan secara baik.
Kewajiban Rukun Islam
Semangat ZIS ini tak hanya direpresentasikan oleh Lazismu, melainkan oleh seluruh elemen umat Islam. Islam menempatkan zakat sebagai kewajiban yang melekat dengan rukun Islam. Maka itu, tak mungkin Nabi Muhammad SAW menjadikan zakat ke dalam rukun Islam bila instrumen ini tidak dipandang penting.
Oleh karena itu, kata Haedar, zakat juga merupakan sesuatu yang sangat mendasar, fungsional, dan strategis untuk kehidupan umat Islam atau manusia. “Boleh jadi zakat dan haji merupakan ibadah dan rukun Islam yang tak mudah karena ada batas kemampuan. Justru kekhasan dari zakat, infak, dan sedekah sangat positif bagi umat Islam,” sambung Haedar.
Ia mengatakan, jika umat Islam ingin menjadi khoiru ummah (umat terbaik) yang melahirkan baldatun thoyyibatun wa Robbun Ghofur (negara sejahtera yang diampuni oleh Tuhan) maka ZIS harus diletakkan sebagai salah satu pondasi penting.
Dalam Alquran, zakat kerap disandingkan dengan shalat. Maka, zakat merupakan elemen yang melekat dalam hablun minallah (hubungan dengan Allah) namun memiliki fungsi hablun minannas (hubungan dengan manusia).
Haedar juga menyebut bahwa spirit kapitalistik telah melekat dalam ajaran Islam. Justru bukan sebagai medium yang lepas dari ajaran Islam, tetapi ada ajaran teologisnya. Termasuk hadis Nabi Muhammad SAW yang memerintahkan umat Islam untuk menjadi tangan di atas, bukan di bawah.
“Makna itu, ZIS harus diletakkan sebagai etos setiap umat Islam untuk menjadi muzakki, bukan mustahik. Tanamkan dengan sosialisasi ibadah ZIS. Termasuk lewat Lazismu, di keluarga-keluarga muslim untuk jadi orang yang memiliki kemampuan sebagai muzakki, bukan mustahik,” tukas Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini.
Spirit Kapitalisme
Mentalitas ini, sambungnya, membuat umat Islam untuk berjihad. Artinya, makna bekerja keras, ikhtiar, tidak malu bekerja apapun, gigih, hingga lainnya. Etos ini sangat penting ditanamkan untuk jangka panjang.
Untuk jangka panjang, Haedar menegaskan pentingnya keharusan menanamkan spirit kapitalisme kepada umat Islam. “Maka, yang anti kapitalisme tidak boleh menggeneralisasi bahwa kapitalisme sebagai sesuatu yang buruk,” tutupnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Badan Pengurus Lazismu Pusat Prof. Hilman Latief, M.A., Ph.D., mengungkapkan jika ini adalah mimpi Lazismu. Setidaknya, tahun 2030, sudah dapat dihitung dampak dan kontribusi Lazismu terhadap SDGs.
“Ada beberapa program yang relevan dengan Lazismu. Seperti pendidikan, no poverty, zero hunger, clean water and sanitation, dan sebagainya,” kata Prof. Hilman Latief, M.A., Ph.D.
Ke depan, Hilman berharap peserta rakernas diberikan kekuatan untuk merumuskan agenda strategis. Utamanya dalam merancang program-program Lazismu tahun 2021 hingga Muktamar Muhammadiyah.
“Semoga semangat kita terus bergelora karena ini merupakan kerja-kerja perjuangan dan kemanusiaan yang menuntut keikhlasan dari kita semua,” tambah Prof. Hilman Latief, M.A., Ph.D..
Rakernas Lazismu 2021 digelar pada 4 – 5 Desember 2020 secara daring. Selain Haedar dan Hilman, rakernas ini turut dihadiri seluruh amil dan peserta Lazismu Nasional di berbagai wilayah dan provinsi.
Penulis: Febriansyah | Editor: Radinka Ezar
Komentar