Nalar.ID, Jakarta – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, dalam pengembangan riset inovasi di perguruan tinggi, kampus tidak dapat bekerja sendiri. Perlu link and match dengan kebutuhan para pelaku industri.
Cara ini, katanya jauh lebih efisien dan efektif untuk menghasilkan riset inovasi yang berkelanjutan. Serta menghasilkan kebijakan, teknologi atau dampak yang luas dan nyata untuk masyarakat.
“Sejak awal harus link dan match dengan industri. Critical treeshold ada disitu. Kalau tidak ada, begitu masuk, industri jadi jatuh. Itu harus di match di awal. Kalau match di ujung, nggak bisa berkembang. Makanya, kita mau bangun ekosistem kedekatan antara industri dengan perguruan tinggi. Lebih bagus lagi kalau bisa bekerjasama,” tukas kata Menkes.
Selain dipadupadankan dengan pelaku industri, Menkes menekankan pentingnya penentuan prioritas riset. Tujuannya, menyelaraskan riset inovasi dengan kebutuhan yang ada, sehingga nanti hasil riset tepat sasaran dan guna.
“Saat ini pemerintah fokus menangani 4 penyakit penyebab kematian sekaligus pembiayaan tertinggi di Indonesia, yakni jantung, kanker, stroke dan ginjal. Keempat penyakit itu jadi perhatian karena jadi beban ganda pemerintah disamping penyakit menular lain, seperti Covid-19, TBC, HIV AIDS, dan lainnya. Ditambah, riset-riset terhadap penanganan penyakit tersebut masih terbatas.
Dengan kondisi itu, Menkes mendorong inovasi riset mengarah pada alat-alat kesehatan yang sifatnya promotif dan preventif. Serta mampu deteksi dini. Langkah ini, biayanya jauh lebih murah dibanding penanganan kuratif atau penanganan di rumah sakit.
“Harapannya, peluang ini harus bisa dioptimalkan oleh perguruan tinggi guna menghasilkan penelitian yang mampu menjawab persoalan bangsa maupun global. Saat ini atau dimasa depan.
Penulis: Alamsyah | Editor: Febriansyah
Komentar