Nalar.ID, Jakarta – Ketua MPR RI Bambang Soesatyo bersama sejumlah pihak akan bekerjasama memajukan sport automotive tourism di berbagai daerah. Selain mempermudah akomodasi perjalanan, kerjasama ini menyemarakkan berbagai kegiatan otomotif. Baik dari sisi olahraga atau mobilitas agar bisa berkontribusi mendongkrak perekonomian masyarakat.
Dalam setahun, tak kurang dari 4.800 event kejuaraan diselenggarakan Ikatan Motor Indonesia (IMI). Mulai dari level antar klub, regional, nasional, hingga internasional.
Usai sukses menyelenggarakan FIM Motocross World Championship MXGP of Indonesia 2022 pada 24-26 Juni 2022 di Rocket Motor Circuit, Samota, Sumbawa, NTB, dalam waktu dekat IMI akan menghadirkan berbagai event internasional lain.
“Antara lain, FIM MiniGP Indonesia Series pada Agustus – Oktober 2022 di Sirkuit Internasional Karting Sentul, Bogor. Kemudian FIA Asia Pacific Rally Championship pada 23-25 September 2022 di kawasan Danau Toba. Dilanjutkan GT World Challenge Asia pada 21-23 Oktober 2022 serta World Superbike Indonesia Series 2022 pada 11-13 November, keduanya digelar di Pertamina Mandalika International Street Circuit, di Lombok, NTB. Keberadaan berbagai event internasional itu harus mampu dimanfaatkan berbagai pelaku usaha, seperti pengusaha tour and travel, agar bisa mendatangkan manfaat ekonomi bagi mereka dan masyarakat,” ujar Bamsoet, dalam keterangan pers diterima Nalar.ID.
Ia menjelaskan, selain event internasional, berbagai kejuaraan nasional juga bisa dimanfaatkan oleh para pelaku usaha tour and travel. Antara lain, Kejuaraan Nasional Rally, putaran 1 dilaksanakan pada 6-7 Agustus 2022 di Danau Toba, Sumatera Utara.
Putaran 2 sekaligus FIA Asia Pacific Rally Championship pada 23-35 September 2022 juga digelar di Danau Toba, serta putaran 3 dan putaran 4 pada 22 dan 23 Oktober 2022 di Muara Bungo, Jambi.
Ia juga mendorong pemerintah melalui Pertamina, agar bisa menurunkan kembali harga jual avtur. Sebagaimana disampaikan oleh ASITA, kenaikan harga avtur telah menaikan harga tiket pesawat.
Ini menyebabkan geliat perjalanan wisata masyarakat yang semula mulai meningkat pasca meredanya penyebaran virus Covid-19, menjadi kembali tertahan.
Menurut Bamsoet, rata-rata, biaya avtur berkontribusi sekitar 35 – 40 persen terhadap biaya operasi pesawat. Sejak tahun 2021, Indonesia memproduksi avtur di dalam negeri sehingga tak lagi mengandalkan impor.
“Ironisnya, kadang harga avtur di Indonesia lebih mahal dibanding di Malaysia atau Singapura. Jaraknya rata-rata bisa sampai 30 persen. Pertamina harus segera cari solusi agar harga avtur di Indonesia bisa bersaing dengan harga di berbagai negara lain. Sehingga pertumbuhan industri wisata tak lagi terhambat,” pungkasnya.
Penulis: Alamsyah | Editor: Ceppy F. Bachtiar
Komentar