Nalar.ID

Strategi Ekonomi Desa Pulih Pasca Pandemi

Nalar.ID, Jakarta – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT), Abdul Halim Iskandar ingin jika desa dikembalikan ke akar budaya yang sebenarnya.

“Desa menjadi sub kultur satu sistem masyarakat Indonesia yang makro dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Lima tahun (program) ke depan, kami fokus ke desa adat agar bisa mengambil beberapa desa dengan representasi akar budaya di Indonesia,” ucap Menteri Abdul dikutip dari laman resmi Kemendesa PDTT, Jakarta, Selasa (26/5/2020).

Ada empat strategi Kemendes PDTT dalam pemulihan ekonomi pedesaan pasca Covid-19. Strategi ini telah disiapkan sejak awal.

Apa saja?

Ketahanan pangan, meliputi intensifikasi, ekstensifikai dan sindikasi. Badan pangan dunia (FAO) memperingatkan soal ancaman kekurangan pangan dunia. Faktornya, selain kekeringan juga bangkitnya nasionalisme baru, dari globalisasi ke de-globalisasi.

Cukupi Kebutuhan

Ini imbas dari pandemi, di mana setiap negara berpikir untuk negaranya sendiri, seperti mencukupi kebutuhan pangan sendiri sebelum ambil langkah ekspor.

“Sebenarnya ini memberikan dampak positif untuk kemandirian bangsa. Sebab, setelah pandemi ini, Indonesia tersadarkan kalau 99 persen produk obat di Indonesia itu berasal dari luar negeri,” kata Abdul.

Menurut Menteri Abdul, ini sesuatu yang menggelikan sebab sumber daya alam di Indonesia berlimpah.

“Disisi lain, kita bicara kelangkaan APD, baju hasmat, masker dan seterusnya. Kita baru sadar bila produk APD, Indonesia menempati peringkat kedua terbesar tapi semua di ekspor,” jelasnya.

Kesadaran baru yang dihadapkan dengan fakta-fakta ini membuat Indonesia mau tak mau harus mandiri. Termasuk soal ketahanan pangan.

Lahan Transmigrasi

Selain ituKemendes PDTT telah melakukan upaya untuk meningkatkan nilai produk-produk pertanian di daerah-daerah transmigrasi. Termasuk melakukan pemetaan produk pertanian, terutama tanaman pangan.

“Ini bertujuan meningkatkan produktivitas hasil pertanian. Dari tiga ton per tahun menjadi enam ton per tahun, dua kali musim panen,” ujarnya.

Kemendes PDTT juga memiliki lahan di wilayah transmigrasi yang dapat digunakan untuk ekstensifikasi. Ini akan memberikan efek domino, yakni memperluas lahan pertanian dan akan meningkatkan produksi para transmigran yang berefek atas naiknya penghasilan.

“Hal ini merupakan diversifikasi pangan. Ini perlu agar masyarakat tidak terlalu bergantung pada satu model pangan. Ini juga akan berefek ekonomi pada hasil-hasil produksi pertanian,” jelasnya.

Penulis: Febriansyah | Editor: Ceppy F. Bachtiar

Komentar

Ikuti Kami

Kami nalar, punya alasan informasi tak ditelan mentah. Mari, sama-sama bernalar.

Nalar.ID | Cerdas Menginspirasi